26 December 2005

Bukanini.....

Sejak kecil Naila sudah terbiasa dengerin musik. Bahkan dia akan lebih cepet tidur kalo disetelin musik. Saat ini kan susah banget nyari kaset atau CD musik untuk anak-anak. Untungnya Uti masih nyimpen semua kaset waktu Bunda masih kecil, seperti kasetnya Melisa dengan semut-semut kecil, Mbok Jamu dan koleksinya Puput Melati juga ada seperti 1+1, dingdong dll. Semuanya masih dalam kondisi bagus dan masih bisa dinikmati oleh Naila. Seiring bertambahnya usia, Naila mulai kenal dengan VCD musik. Dan dia tampak sangat menyukai, karena selain bisa denger lagu dia juga bisa melihat dan menirukan semua gerakan dari setiap klip lagunya.

Sampai saat ini Naila memiliki kurang lebih 10 keping VCD lagu anak-anak plus bonus 2 VCD lagu perjuangan dan kemerdekaan. Dari setiap keping VCD, selalu ada lagu yang menjadi favorit Naila. Misal untuk disk 1 dia paling suka dengan lagu Si Kancil dan Naik Delman untuk disk 2. Sedangkan disk 3 dia paling suka dengan lagu Topi saya bundar. Begitulah, saat dia ingin memutar VCD yang dia inginkan dia akan menyebutkan judul lagu favoritnya. Jadi kalo dia bilang "Bunda tel topi aya udar" (Bunda, setel Topi Saya Bundar-red) berarti dia minta diputerin disk 3. So, bisa dibayangin dong, Bunda mesti hapal isi dari setiap CD tersebut karena kalo sampe salah Naila bisa nangis karena nggak sabar.

Weekend, kemaren Bunda sempet dibuat bingung sama tingkah Naila. Pasalnya, setelah makan pagi Naila minta muter VCD.

"Bunda tel agu dong" (Bunda setel lagu dong-red) -->Naila juga hobby pake kata "dong"

"Iya, Naila mau setel lagu apa? Balonku, Naik delman atau Topi?"
Bunda berusaha memasukkan 3 keping VCD yang belakangan menjadi favorite Naila sekaligus kedalam player.
VCD balonku - play

"Bukanini, nda"

"Oh bukan yg ini? kalo gitu Topi yach", sambil pencet disk skip Bunda pindah ke disk selanjutnya yang ada lagu topi saya bundar.

"Bukanini, nda",Naila udah mulai nggak sabar.

"Adek mau lagu apa? Naik delman ya?", bunda mulai bingung sambil berusaha skip disk lagi buat nyari lagu naik delman.

"Ndaa,bukaniniiiiiii"

"Oh ya, bukan ini ya? sebentar ya, diganti dulu Cd nya"
Bunda mulai panik, karena setiap keping CD yang Bunda puter selalu mendapat respon yang sama dari Naila. Bahkan dia mulai nangis sambil teriak "agu.... bukanini"

Lah, yang mana duong?? sudah hampir semua CD diputer tapi semuanya nggak ada yang sesuai ama keinginan Naila. Jadi...deh Naila nangis sekenceng-kencengnya sambil teriak "Bukaniniiiiiii"

Sampai si mbak yang lagi didapur nyeletuk, "Coba diputer VCD lagu perjuangan Bunda, karena kemaren baru Saya puterin lagu-lagu perjuangan"

"Ok" sambil terus berusaha nenangin Naila, bunda coba ikutin saran si mbak untuk nyetelin VCD lagu perjuangan. VCD perjuangan pertama diputer.....lagu pertama "Ibu Kartini"

"Bukanini", tiba-tiba Naila teriak sambil mesem-mesem

Oalahhhh...dari tadi tuh minta diputerin lagu Ibu Kartini toh?
Kirain bukan ini..bukan ini ...mulu, sampe Bunda bingung. Ternyata Bukanini = Ibu Kartini
Hhmmm....ternyata butuh perjuangan buat ngertiin bahasa anak-anak

Cheers
Bunda Naila

22 December 2005

Dari Bunda untuk Mama.....

Categories: Renungan Special Moment

ku buka album biru
penuh debu dan usang
ku pandangi semua gambar diri
kecil bersih belum ternoda

pikirkupun melayang
dahulu penuh kasih
teringat semua cerita orang
tentang riwayatku

kata mereka diriku slalu dimanja
kata mereka diriku slalu ditimang

nada nada yang indah
slalu terurai darinya
tangisan nakal dari bibirku
takkan jadi deritanya

tangan halus dan suci
tlah mengangkat diri ini
jiwa raga dan seluruh hidup
rela dia berikan

oh bunda ada dan tiada
dirimu kan slalu ada di dalam
hatiku …

"Lirik lagu Bunda by Potret"

***
Speechless, nggak tau musti bagaimana mengungkapkan perasaan sayang dan rasa terima kasih yang dalam buat Mama di hari Ibu ini. Setidaknya apa yang saat ini Saya rasakan mirip banget dengan lirik lagu diatas. Baru Saya bisa benar-benar merasakan betapa besar kasih sayang seorang Ibu pada anaknya setelah Saya menjadi seorang Ibu. Bagi seorang Ibu nggak ada yang lebih penting dan berharga di dunia ini selain anaknya.

Di hari Ibu ini, ijinkan Saya yang kini sudah menjadi seorang Bunda mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang dalam buat Mama atas semua yang pernah diberikan. Saya percaya apa yang selama ini telah Saya lakukan masih belum cukup menggantikan setiap tegukan air susu ibu yang pernah Saya terima, belumlah mampu Saya mengganti setiap tetes keringatnya saat mengasuh Saya dan bahkan untuk setiap belaian kasih sayangnya.

Thank you, Mom
For all the little touches of happiness you've brought my way.

Do'akan anakmu agar bisa menjadi Ibu yang tangguh sepertimu
Ibu yang bijaksana dan penuh kasih sayang

Cheers
Bunda Naila

Untuk semua Ibu di seluruh penjuru Dunia
"Happy Mother's day" wish you all in happiness ever after

12 December 2005

Bukan Mbak....

Category: Others

Anakku....
Jika kau inginkan sesuatu
mintalah pada Bunda
bukan Mbak.....

Jika kau sedih dan ingin dimanja
datanglah pada Bunda
Bukan Mbak....

Jika kau terjaga karena mimpi buruk
panggilah Bunda
bukan Mbak....

Jika kau terjatuh dan menangis
datanglah pada Bunda
Bukan Mbak....

Tapi nyatanya......
Saat kau inginkan sesuatu..... saat kau sedih,
Saat kau terjaga.....dan saat kau menangis
Bunda tak ada.......yang ada hanya Mbak.....

Anakku...
Seandainya Bunda punya banyak pilihan
Sungguh, Bunda ingin selalu ada didekatmu
Setiap saat menemanimu,

Namun percayalah,
Semua ini untuk untukmu ...untuk kita sayang.....
Bunda yakin, kau mengerti bahwa
Menghabiskan seluruh waktu bersamamu
Adalah hal terindah buat Bunda

Jadi....saat bersama Bunda
Panggilah Bunda, untuk apa saja....
Kapanpun saat Bunda ada
Panggilah Bunda......
Bukan Mbak......

Karena dengan panggilan itu....
Bunda merasa lebih kuat menjalani hidup ini

06 December 2005

Yang Terindah

Category: Others

April 2005

"Ay, bunda pengen bikin web nih biar bisa nulis keseharian kita bersama Naila dan perkembangannya. Biar Uti, kakung, Om dan Tante serta temen-temen Bunda bisa ngikutin perkembangan Naila walaupun jauh"
"Kan udah dibikinin di http://naila.uni.cc"
"Iya, tapi kan udah lama banget nggak di update, mulai dari Naila baru lahir. Habis yang bisa update cuma Ayah. Bunda kan nggak ngerti gimana ngoprak-ngaprik web"
"Bunda bikin baru aja, lagi......"
"Weeeee....gimana mau bikin? ngerti juga nggak "
"Maksud Ayah, pake yang instan.Kayak Blog gittu loh"
"Whaaaat ?? Blog ??? kayaknya pernah denger deh, tapi dimana yach?"

***
Finally I find it, blog yang pernah Ayah ceritakan waktu itu, dari sebuah artikel yang Bunda terima dari milist, mencantumkan URL dari si penulis. Yup, penulis yang terkenal dengan tulisannya yang menyentuh hati. Berawal dari sinilah perjalanan Bunda mengenal blog. Mulai deh menyusuri setiap halaman blog pertama yang Bunda kunjungi. Wuih...asli pas banget ama yang Bunda pengenin trus ada kotak komunikasi antara si empunya blok sama pengunjungnya yang belakangan Bunda ketahui namanya shoutbox. Ada beberapa nama disana yang disebut sebagai sahabat. Klik....muncul blog baru lagi yang nggak kalah kerennya. Saking penasarannya setiap hari kerjaannya cuma mampir dari satu blog ke blog yang lain. Sambil terbersit tekad dalam hati, "Gue mau bikin juga aaaahhhh"

Mei 2005
My first entry. Setelah mampir sana sini di blog orang akhirnya jadi juga blog Bunda. Walupun masih jauh dari sempurna, tapi menurut Ayah "sebuah awal yang bagus". Semuanya belajar dari setiap kunjungan blog orang dan terus ditelusuri asalnya dari mana. Mulai dari nambahin shoutbox, jam, counter sampe gimana cara naruh foto di web. Maklum awalnya sama sekali buta soal web design, denger istilah blog juga baru aja. Wuihhh...hari-hari diisi dengan mengupdate blog, sampai-sampai telpon dirumah jebol. It's ok, ini bagian dari pembelajaran. Excuse nih yeeeee.....

Juni 2005
Masih sepi pengunjung, paling banter yang berkunjung ayah atau teman-teman bunda.Pengen buat network ahhh. Jalan-jalan lagi, belakangan baru tahu kalo istilahnya adalah blog-walking. Mungkin dengan banyak mengunjungi blog orang maka orang pun akan balik berkunjung ke blog kita. Bukankah mengawali itu selalu lebih baik. Benar saja, tak lama kemudian muncul nama-nama baru yang meninggalkan jejak di shoutbox Bunda. Entah kenapa ada sesuatu yang mengalir dingin dalam relung hati setiap membaca sapa dari teman-teman Bunda di dunia maya. Ya, sesuatu yang membahagiakan tatkala mereka menyapa atau membalas sapaan kita. Apalagi untuk setiap komentar yang datang, ada terbersit seutas perhatian yang Bunda terima. Padahal kenal aja hanya lewat layar selebar 15’. Amazing.....

Juli 2005
Seperti biasa masih hobby jalan-jalan di blog orang buat tebar pesona. Ada banner bertuliskan Bloger Family di salah satu blog yang Bunda kunjungi. Lucu juga nih baner nya. Karena penasaran, di-klik ah. Wow....ternyata perkumpulan para pemilik blog alias bloger. Banyak juga anggotanya malah ada yang di luar negeri segala. Asyik juga kali ya punya banyak temen yang bakalan ngunjungin blog kita. Joint ah....biar tambah semangat nulisnya karena bakalan banyak yang ngeliat. Disaat hobby ngeblog Bunda sedang memuncah, salah seorang teman Bunda saat kuliah yang sekarang bermukim di Kanada sharing tentang pengalaman buruknya selama nge-blog. Dulu dia juga hobby ngeblog, namun sekarang nggak lagi karena ada beberapa tulisannya yang dicopy dan diedarkan di milist tanpa seijinnya, trus foto-foto dia juga sempet nampang di kontak jodoh online. Wah...serem juga yach. Tapi mudah-mudahan nggak terjadi sama Bunda deh.

***
Jogjakarta
Alhamdulillah udah sampe di Jogja dengan selamat, setidaknya perasaan tegang selama berada dipesawat sudah hilang. Ketegangan saat berada di pesawat terbang seperti ini mulai Bunda raakan sejak banyaknya kasus kecelakaan pesawat yang belakangan terjadi. Sambil merebahkan badan di deluxe room Novotel Jogja Bunda berusaha menghubungi seorang bloger yang berasal dari Jogja buat ngabarin kalo Bunda dah sampe di Jogja. Untungnya saat sebelum berangkat sempat nanya no Hpnya. Sempet ragu juga sih saat ngirim sms ngajakin ketemuan, sekalian minta dianterin muter-muter Jogja. Soalnya kan belum pernah ketemu, kenal juga Cuma lewat blogfam, mau nggak ya kira-kira? Ah..ntar malah ngerepotin. Emang nggak enak kalo tugas luar kantor sendirian, kan nggak asyik jalan-jalan di Jogja sendirian. Buat back-up coba sms Molly, temen kuliah yang lagi ngambil Master di UGM, kali aja si bloger Jogja berhalangan kan bisa ngajak Molly.

"Sorry, Yan gue selama 4 hari ini ada workshop di kampus dari pagi sampe malam. Gimana yach gue nggak bisa nemenin lo", yach ternyata Molly nggak bisa, ya udahlah emang nasib, nggak bisa menikmati Jogja. Mendingan Bunda bobok siang dulu biar otaknya fresh. Belum sempet memejamkan mata terdengar suara HP berbunyi, pasti dari Molly pikir Bunda. Eh..ternyata dari Jeng Is, bloger yang asal Jogja itu. Dan dia bilang nanti sehabis pulang kantor akan nemuin Bunda di Hotel. Wuuuihhh, suenengnya. Jadi nih jalan-jalan keliling Jogja.
Singkatnya, selama 3 hari di Jogja Bunda diajakin muter-muter naik motor keliling Jogja. Mulai dari Malioboro, Mirota Batik, Karita sampe beli oleh-oleh bakpia patok.

Ada sesuatu yang lain yang Bunda rasakan saat itu. Bayangin, temen semasa kuliah aja yang udah kenal lebih dari 4 tahun, susah untuk menemui Bunda padahal jaraknya begitu dekat karena waktu tidak memungkinkan. Tapi seorang Jeng Is, yang cuma kenal lewat blogfam dan nggak pernah sekalipun ketemu, serasa sudah mengenalnya bertahun-tahun. Indah sekali waktu itu. Ketulusan hati tampak sekali terpancar dari matanya, tak sedikitpun rasa curiga walaupun baru pertama kali berjumpa.
***
Banyuwangi, Lebaran 2005
Jadi juga Bunda mudik lebaran. Dan yang paling menyenangkan Bunda bakal ketemuan sama bloger asal Banyuwangi. Ternyata dari blogfam, Bunda bisa ketemu dengan banyak orang termasuk yang berasal dari kampung halaman Bunda sendiri. Saat pertama kali ketemu mereka di blogfam dan mengatakan bahwa mereka berasal dari Banyuwangi, ada suatu kebanggaan. Bahwa orang-orang dari Banyuwangi sudah hueebat, ternyata internet sudah masuk Banyuwangi loh, malah mereka udah lama banget ngeblog, sementara Bunda baru aja tau kalo ada komunitas bloger tersebut. Kok malah yang di Jakarta gaptek yach??? sambil mesem-mesem sendiri.
***
Hangat dan akrab, itulah kesan pertama yang Bunda rasakan saat bertemu Evi dan Yuly blogers asal Banyuwangi. Setiap obrolan mengalir begitu lancar, seakan telah berteman sekian lama. Tak ada basa-basi, tak ada kepura-puraan, yang tampak hanya ketulusan dan kehangatan seorang sahabat yang lama tidak bertemu.

Satu hari menjelang kembalinya Bunda ke Jakarta. "Mbak ada dirumah kan? aku mau ngater kripik pisang nih" agak kaget juga baca sms dari Yuly. Memang saat copdar beberapa hari yang lalu Bunda sempet nyinggung soal kripik pisang yang pernah dibahas di blog Yuly, Bunda bilang kalo Bunda tuh suka ama kripik pisang. Dan ternyata hari ini Yuly beneran mbikinin Bunda kripik pisang. Waah jadi enak nih bunda he..he..he...

***
Tujuan ngeblog yang semula hanya ingin nulis dan perbanyak teman lewat dunia maya ternyata berubah menjadi jalinan persaudaraan yang Indah. Penuh kehangatan dan perhatian, saling menasehati dan bantu-membantu dalam kebaikan. Memberi support saat kita dalam keadaan lemah serta saling mengingatkan saat kita lupa. Tali siaturahmi yang indah ini, telah berhasil membuktikan bahwa pengalaman buruk yang terjadi pada teman Bunda yang di Kanada saat ngeblog tidak terjadi pada Bunda. Karena Bunda tahu persis komunitas Bloger yang Bunda ikuti adalah komunitas yang jelas visi dan misinya. Now, blogfam not just a virtual family.

***
"Dapet kripik dari mana nih mbak?"
"Dari temen online mbak yang barusan kesini"
"Enak yo, cuma dengan ngeblog bisa dapet teman yang baik banget"
"Ya, itu namanya rejeki"
"Mbok, aku diajari ngeblog mbak. Kali aja aku bisa dapet gebetan he..he..he..."
"Huss...masih SMA kok udah mau pacaran"

Tapi bisa juga kali ya, buat yang masih singgle ngeblog and joint blogfam bisa jadi salah satu jalan buat nemuin jodoh:)

Joint Blogfam......more than you expect guys!!

***
Disclaimer:Jika ada kesamaan nama dan tempat itu bukan kebetulan dan memang disengaja:)


27 November 2005

Rumahku Bukan Istanaku Lagi...

Saat saya membaca artikel dengan judul diatas yang dimuat di Kompas Minggu, 13 Nov 2005 lalu, saya agak terenyuh. Pasalnya, apa yang diuraikan dan diungkapkan dalam artikel tersebut sering saya temui dalam lingkungan sosial saya diluar rumah. Bahkan dulu, sebelum saya menikah, saya pun sempat menjadi bagian dalam komunitas "after hours". Walaupun cuma sekedar nonton bareng, makan atau ngobrol di cafe setiap jum'at (weekend) malam. Bahkan setelah menikah pun, saya sempetkan untuk ngumpul bareng teman-teman kuliah setiap sebulan sekali, tentunya dengan ijin suami ataupun ditemani suami.
Namun kebiasaan tersebut hilang dengan sendirinya dan Saya pun ikhlas mengmisahkan diri dari komunitas tersebut setelah lahir Naila. Bagi Saya, setiap detik waktu yang Saya punya ingin saya lewatkan bersama Naila dan tentu juga Ayahnya. Rasanya semua keletihan dan kepenatan Saya selama bekerja ataupun saat mengalami kemacetan dalam perjalanan, langsung lenyap saat melihat senyum dan lonjakan gembira Naila saat menyambut Saya pulang. Percaya atau tidak, rasa ngantuk, capek ataupun lapar langsung sirna seketika saat melihat Naila. Bahkan Saya pun bisa menunda makan malam Saya sampai acara meninabobokan Naila selesai. Rasanya menyesal sekali kalau saat Saya pulang Saya tidak sempat bertemu Naila karena dia sudah tidur. Itulah keajaiban dan kekuatan dari keluarga yang Saya alami.
Makanya Saya sedikit kaget, bagaimana mungkin seorang Ibu yang bekerja seharian diluar rumah dan meninggalkan anaknya, masih ingin menunda untuk pulang kerumah hanya untuk kepuasaan atau kepentingannya sendiri. Mungkin kalau untuk yang masih singgle Saya masih bisa memahami, walaupun sebenarnya pola kehidupan seperti nggak harus menjadi identitas seorang wanita pekerja (baca:karir -red). Bolehlah sekali-kali tapi bukan merupakan bagian hidup, toh waktu yang ada bisa digunakan untuk kegiatan lain yang lebih bermakna terutama dengan keluarga. Bahkan anggaran yang nggak bisa dibilang sedikit untuk pola hidup seperti itu, bisa ditabung untuk masa depan kelak setelah menikah.
Mudah-mudahan, wacana dibawah ini bisa me-refresh kita tentang essensi sebuah keluarga. Karena bagaimanapun, hidup kita yang singkat ini harus kita isi dengan sesuatu yang bermakna dan bernilai sebagai bekal kelak di kehidupan kita yang kekal nanti.
Happy reading....
Bunda Naila
***
Rumahku Bukan Istanaku Lagi...
Tanpa terasa, kita semakin terlipat dalam ketergesaan dinamika kota besar. Jalan semakin macet, letak rumah semakin ke pinggiran, dan hadangan-hadangan seperti 3 in 1 membawa pergeseran makna pada satu kata: pulang. Kata "pulang" tidak lagi dihubungkan dengan rumah. Rumah yang dimaksud di sini tentu bukanlah sekadar sebuah benda dengan atap, pintu, dan
jendela. Akan tetapi, sebuah suasana di mana semuanya menjadi sederhana. Ketika kepenatan di dunia kerja yang selalu menuntut selesai, rumah adalah sebuah oase yang akan menerima diri kita apa adanya. Namun, kota besar yang sudah mengisap energi kita dengan kemacetan sejak
pagi menuntut lain. Ia tidak "mengizinkan" kita untuk pulang. Bagaikan terpenjara, waktu pulang kerja atau yang sering diistilahkan after hours, kita tetap terperangkap di dalamnya, mengonsumsi di dalamnya, dan merasa hidup di dalamnya.

"Pulang? Ngapain di rumah?" kata Indah Sari (28), karyawati BP Migas yang hampir setiap hari mengisi waktunya pulang kantor dengan ke kafe, latihan golf, atau main boling. Bagi Indah, waktu pulang kantor justru adalah waktu yang paling enak untuk dihabiskan nongkrong bersama teman-teman. Sejak pertama kali bekerja tahun 2002, ia dan kawan-kawannya selalu
mencoba satu kafe ke kafe lain. Kalau lagi tidak ke kafe, ia pergi ke driving range untuk melatih pukulan golfnya. Kalau tidak sedang berlatih golf, ya ia bisa ditemui di tempat-tempat main bilyar seperti di Automall, di kawasan Sudirman. "Rugi kalau langsung pulang," kata Indah
yang berangkat dari rumah ke kantor setiap hari pukul 06.00. Melepas stres Seperti Indah, Elisabeth (23), karyawan PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) hanya berpandang-pandangan dengan kawan-kawannya sesama penggemar bilyar di Spincity EX saat ditanya, seminggu berapa kali langsung pulang ke rumah. "Kapan ya ? Ha-ha-ha-... paling sebulan tiga kali," katanya.

Bagi orang-orang seperti Indah dan Elisabeth, pulang usai jam kantor sama saja seperti menjebakan diri ke dalam kemacetan. Elisabeth misalnya, membutuhkan waktu minimal tiga jam dari kantornya di Jalan Gajah Mada ke rumahnya di daerah Duren Sawit, Klender. Makanya, sambil melepas stres setelah suntuk-menurut istilah Elisabeth-di kantor, ia memilih untuk bermain bilyar pukul 18.00 dan baru beranjak pulang ke rumah sekitar pukul 23.00.

Akhirnya, apa yang disebut rumahku istanaku atau home sweet home hanya sekadar menjadi tempat meletakkan kepala untuk tidur. Rumah direduksi maknanya menjadi sekadar tempat persinggahan sementara alias transit, setelah hidup dihabiskan di kantor dan di pusat-pusat kegiatan kota besar seperti mal dan kafe. Kalau arus dinamika sosial sudah sedemikian keras menyeret kita jauh dari rumah, adalah naif ketika orang bingung, kenapa hubungan sosial bahkan dengan keluarga pun menjadi renggang akhir-akhir ini. Identitas lebih dibentuk di luar rumah, misalnya oleh kawan-kawan sepermainan atau oleh citra media dan dunia iklan. Indah misalnya, sudah sejak kuliah di FISIP UI tahun 1995 memiliki tiga teman yang semuanya perempuan untuk bercerita tentang cinta dan cita. Bertemu sebulan sekali, masing-masing pun menceritakan kemajuannya soal pekerjaan dan tentu saja pacar. Kini, semuanya telah menikah. "Tapi mereka juga yang ngasih masukan... ama dia aja... kayaknya orangnya baik," cerita Indah
yang bulan Agustus lalu menikah dengan Ivan (29).

Secara sosial, komunitas yang rata-rata seusia dan memiliki status sosial yang sama ini lalu membentuk keluarga baru. Hal ini misalnya dialami Indah. Menurut dia, berkat aktivitasnya di lokasi-lokasi driving range, ia berhasil membentuk komunitas baru. Datang ke driving range
langganannya di Senayan ibarat pulang ke rumah. "Kalau kita datang, langsung hai-hai ama yang lain, kan udah pada kenal," kata Indah.

Dinamika urban ini muncul dalam berbagai macam wajah. Selain kafe, bilyar, dan main golf, fenomena yang sedang tren adalah nge-gym yuk !Ajakan akrab ini dengan mudah dapat dilihat di berbagai pusat perbelanjaan, di mana olahraga seperti lari di treadmill telah menjadi
sebuah gaya hidup yang dipajang di etalase.
Sianita Angraiany (25), seorang wirausahawati mengatakan, daripada pulang kerja dia langsung pulang, lebih baik dia berolahraga. Di rumah relatif tidak ada yang bisa dia kerjakan. Paling-paling hanya makan terus tidur. "Pulang kerja tubuh capek. Inginnya makan terus tidur.
Kalau begitu terus, perut lama-lama gendut," kata Sianita yang masih lajang ini. Sejak lama Sianita senang berolahraga di pusat kebugaran. Namun, biasanya dia berolahraga di tempat-tempat di sekitar rumah. Ternyata, fitness di dekat rumahnya tidak mengasyikkan karena selain alatnya tidak lengkap, teman-teman pun sedikit. Ketika di Plaza Semanggi dibuka
Fitness First, Sianita langsung daftar. "Ternyata selain bisa fitness dengan alat yang lebih lengkap dan suasana yang nyaman, saya juga dapat banyak teman. Kami bisa nongkrong sambil minum kopi atau teh gratis,"ujar Sianita.

Ratu Windy (28), ibu seorang putri berusia tiga tahun juga demi hobinya berolahraga tidak keberatan pulang kerja langsung ke pusat kebugaran, dan baru pukul 20.00 dia pulang ke rumah. "Sama saja, kalau aku langsung pulang ke rumah, di jalan macet banget. Kalau aku fitness dulu, badan segar dan sehat. Toh selama aku tinggalkan, putriku itu diasuh oleh eyangnya," kata Windy. Bagi Windy, olahraga adalah cara terbaik untuk mengisi waktu. Suaminya yang bekerja di pertambangan hanya pulang empat bulan sekali. Jadi tidak ada yang banyak bisa dia lakukan di rumah. Menurut Windy, nge-gym sudah menjadi gaya hidup orang muda. "Dulu fitness itu untuk orang tua yang menjaga kesehatan jantung, kalau sekarang anak muda ya nge-gym, selain ngeceng, bentuk badan juga jadi bagus," kata Windy yang segera ditimpali Sianita, "Supaya bisa pakai celana hipster...."
Paket-paket
Kota besar yang dinamis dan seksi seperti tren celana hipster ini mengundang kita untuk tidak langsung pulang ke rumah. Berbagai pembenaran dan alasan diberikan agar kita tetap bergelut di dalamnya. Mulai dari menjaga kebugaran tubuh sehingga membina relasi agar memperlancar urusan pekerjaan. Akibatnya, pekerjaan jadi mengisap apa yang tadinya secara tradisional adalah waktu yang dikhususkan untuk keluarga. Ada sebuah keseimbangan yang dirusak di sini.
Daniel Tumiwa, mantan model dan Marketing Director PT Universal Music Indonesia misalnya memanfaatkan waktu-waktu after hours untuk hal-hal yang masih berkaitan dengan pekerjaan. Bagi Daniel, tempat-tempat itu membuatnya merasa nyaman membicarakan banyak hal seperti pembuatan video klip musik atau kegiatan promo artis. Pengakuannya, ide-ide kreatif justru muncul pada saat sedang mengobrol dengan santai. "Untuk urusan masalah kreatif pekerjaan, gue memilih untuk ketemu orang-orang di luar kantor," kata pria yang biasanya memilih kafe atau restoran di EX Plasa Indonesia, Cilandak Town Square, Plasa Senayan, atau Plasa Semanggi. Hal serupa dialami Indah yang sehari-hari bekerja di BP Migas di bagian hubungan pemerintah dan masyarakat. Di driving range misalnya, selain mendapat tawaran nomor-nomor cantik dari operator seluler, ketika hendak mengadakan acara dengan pihak luar, Indah mendapat kemudahan. "Kan udah kenal," katanya memberi alasan.

Terakhir, apa pun yang ditawarkan dunia konsumsi ini hampir pasti berarti ada harga yang harus dibayar. Bagi para profesional yang kini telah memiliki otoritas untuk menggunakan uang hasil jerih payahnya, paket-paket after hours muncul dalam berbagai bentuk. Dan bagi para
profesional muda kota besar alias yuppies ini, uang tidaklah menjadi masalah. "Asal tempatnya enak buat duduk, ngobrol, harga sih nomor dua,"kata Indah. Elisabeth misalnya, mengaku menghabiskan sampai sekitar 75 persen dari gajinya untuk kegiatan-kegiatan usai kantor. Bagi lulusan akademi sekretaris yang masih tinggal dengan orangtuanya ini, angka itu tidak menjadi masalah, yang penting ia bisa menghilangkan rasa bosan dan stres di tempat kerja. "Udah kebiasaan sih," katanya.

Indah yang memilih tempat tanpa merasa perlu memperhatikan harga makanan atau fasilitas yang ditawarkan mengatakan, ia rata-rata menghabiskan Rp.150.000 setiap hari untuk aktivitas after hours itu. Namun, bagi Indah yang sekarang sering nongkrong dengan suaminya, Ivan, hal itu tidak menjadi masalah. Baginya, saat-saat muda ini harus dinikmati.
Entah karena rumah kehilangan daya tariknya bagi para profesional muda kota besar ini, ataukah kita memang secara terpaksa harus terisap kedalamnya. Sehingga, kalau sekiranya ada celah-celah bagi kita untukpulang, kesempatan dalam kesempitan itu akan kita usahakan semaksimal mungkin. Seperti yang dikatakan Daniel Tumiwa: "Kalau kerjaan sudah beres, ya pulang. Keluarga saya menunggu di rumah," katanya. (M CLARA WRESTI/DAHONO FITRIANTO)

19 November 2005

Semangkuk Mie

Category: Renungan

Malam itu Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Setelah berjalan jauh, ia baru menyadari, bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ketika melewati kedai bakmi dan mencium harumnya aroma masakan, perutnya menjadi terasa sangat lapar. Namun ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu ia bertanya, "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi ?" "Ya, tetapi aku tidak membawa uang," jawab Ana dengan malu-malu.
"Tidak apa-apa, aku akan memberimu bakmi tanpa harus membayar," jawab si pemilik kedai. "Silakan duduk, aku akan memasakan bakmi untukmu."
Tak lama kemudian pemilik kedai mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
"Ada apa non ?" tanya si pemilik kedai.
"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu," jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.
"Kau seorang yang baru kukenal, tetapi begitu perduli padaku, sementara ibu kandungku sendiri telah mengusirku setelah bertengkar denganku, bahkan mengatakan agar jangan kembali lagi kerumah," jelasnya kepada pemilik kedai.

Mendengar ucapan Ana, pemilik kedai menarik nafas panjang dan berkata "Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu sejak kau kecil sampai saat ini. Mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya ? Kau malah bertengkar dengannya".

Ana terhenyak mendengar hal itu. Ana segera menghabiskan bakminya, lalu menguatkan hati untuk segera pulang ke rumah. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus di ucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.
Kalimat pertama yang ia dengar dari ibunya adalah "Ana, kau sudah pulang, cepat masuklah,
Ibu telah menyiapkan makan malam untukmu. Makanlah dulu sebelum kau tidur." Saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan iapun menangis di depan ibunya.

Source: Unknown

***
Kita sering menganggap pengorbanan orang tua kita merupakan suatu proses alami yang biasa-biasa saja, seakan-akan semua itu memang sudah kewajiban orang tua. Terkadang kita pun kadang lupa kewajiban kita sebagai anak dan hanya menuntuk haknya saja.

Sesunguhnya kasih dan keperdulian orang tua kita adalah nikmat paling berharga yang diberikan Allah pencipta sejak kita lahir.

Dedicated to my brother Faris, keep the hidayah and istiqomah.

Cheers
Bunda Naila

18 November 2005

Renungan dari seorang teman

Categories: Renungan Daily Story

Sekedar berbagi cerita pengalaman waktu mudik lebaran dan pasca
lebaran kemarin. Dari beberapa kejadian yang terjadi di sekitar Saya, Saya menyadari bahwa sungguh besar karunia Allah kepada hamba2-Nya. Rezeki, Jodoh, dan Mati semua adalah rahasia Alloh. Yang jika datang, hamba-Nya tak kuasa menolak.

Yang tadinya sukses dan banyak harta, sekarang jatuh bangkrut dan miskin.
Tentang jodoh, ada seseorang yang jodohnya tidak disangka-sangka ternyata teman sejak SD yang sudah lama nggak ketemu. Dia dimana, calonnya dimana. Dia biasa, calonnya luar biasa. Jauh dari perkiraan. Ya tapi memang itulah jodoh.
Kematian pun demikian, Pagi masih bercanda, masih ngobrol sebelum berangkat kerja, begitu pulang kerja ternyata suami telah berpulang ke rahmatullah.

Rasanya sangat begitu berat untuk bisa menerima apa yang telah Alloh takdirkan untuk kita. Namun dengan menyikapi bahwa itu semua memang kehendak Allah, hati akan terasa lapang menerima apakah itu senang maupun sedih.

Sebenarnya kunci dari semua itu adalah sabar,ikhlas dan Syukur dalam menjalani
semua itu. Sabar dan ikhlas saat dalam kesempitan dan bersyukur saat kita dalam kelapangan. Mungkin dalam tataran konsep ketiga hal tersebut terasa mudah. Namun dalam
tataran realita dan pelaksanaannya sungguh berat rasanya.

Saya sendiri belum berani membayangkan jika semua itu menimpa Saya atau keluarga. Sudahkan Saya mensyukuri nikmat Allah? atau hanya sebatas ucapan saja?
Mampukah Saya untuk ikhlas dan sabar jika mendapat musibah dari Alloh?

Sampai sekarang Saya masih mencari jawabannya dengan terus memacu diri untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.


Cheers
Bunda Naila

Buat Tami, thanks for sharing with me

06 November 2005

Selamat Idul Fitri 1426 H

Category: Others

Jika hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh,
jika hati seputih awan, jangan biarkan ia mendung,
jika hati seindah bulan, hiasilah ia dengan iman.
Andai jemari tak kuasa berjabat, setidaknya kata masih dapat terungkap...

Taqobbal Allahu Minna wa Minkum Kullu 'aamin wa Antum bikhoirin
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1426 H
Minal 'aidzin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin

Semoga rasa tawadlu', khusyu', kesungguhan dan kefitrahan senantiasa melekat dan menjadi pakaian kita.
Semoga amal ibadah kita diterima Allah Swt, dan kita semua diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan.
Amiin ya Rabbal 'alamiin.

Salam
Bunda Naila & Keluarga

28 October 2005

Audit Ramadhan

Category: Renungan

Duhai Ramadhan.....
Tak terasa waktu ku bersamamu tinggal sejengkal lagi
Belum banyak yang bisa ku lakukan untuk mengisi hari-hari bersamamu
Padahal aku tahu betul bahwa saat bersamamu inilah segala amal dilipat gandakan
Aku pun paham bahwa saat inilah pintu sorga terbuka lebar dan semua syaitan terkekang

Duhai Alloh....
Hamba tidak ingin menjadi orang yang merugi
Hamba ingin mendapatkan ampunanMu
Hamba ingin SorgaMu
Hamba ingin digolongkan menjadi orang yang muttaqin

Tapi nyatanya.....sampai di 10 hari terakhir ini,
Aku masih tak mampu mengekang nafsuku
Tak mampu melawan malasku untuk melantunkan dan mengkaji ayat-ayat Alloh
Tak sanggup mengisi malam-malam ku bersamamu
untuk bermunajat mengharap lailatul qodar yang Alloh janjikan

Astagfirullah......

Ya Rabb,
Masih pantaskah hamba mengharap sorgaMu ?
sementara hamba masih sibuk dengan urusan dunia
Pantaskah hamba mengharap ampunan dariMu?
sedangkan setiap malam mataku selalu terpejam tak pernah bermunajat padaMu
Mungkinkah hamba bertemu lailatul qodar ?
padahal kalamMu jarang kusenandungkan

Duh, Gusti Alloh.....
Sungguh hamba adalah orang yang merugi
menyia-nyiakan Ramadhan yang berikan

Ya Rabb,
Semoga masih belum terlambat bagi hamba untuk menggapai ampunanMu di sisa Ramadhan ini.


Bunda Naila
-Berharap agar bisa bertemu kembali dengan Ramadhan-

27 October 2005

Kamera dan Kaca...

Categories: Celoteh Naila Daily Story

Apa yang special dari kedua benda diatas? Boleh jadi kedua benda tersebut bukan hal yang penting, tapi tidak bagi bunda dan ayah.Kenapa, kok bisa begitu? Read More....

25 October 2005

Do'a Kang Suto

Category: Renungan

Source:Mohammad Sobary, Editor, No.21/Thn.IV/2 Februari 1991


Pernah saya tinggal di Perumnas Klender. Rumah itu dekat mesjid yang sibuk. Siang malam orang pada ngaji. Saya tak selalu bisa ikut. Saya sibuk ngaji yang lain.

Lingkungan sesak itu saya amati. Tak cuma di mesjid. Dirumah-rumah pun setiap habis magrib saya temui kelompok orang belajar membaca Al Quran. Anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak, di tiap gang giat mengaji. Ustad pun diundang.

Di jalan Malaka bahkan ada kelompok serius bicara sufisme. Mereka cabang sebuah tarekat yang inti ajarannya berserah pada Tuhan. Mereka banyak zikir. Solidaritas mereka kuat.
Semangat agamis, pendeknya, menyebar di mana-mana.

Dua puluh tahun lebih di Jakarta, tak saya temukan corak hidup macam itu sebelumnya. Saya bertanya: gejala apa ini? Saya tidak heran Rendra dibayar dua belas juta untuk membaca
sajak di Senayan. Tapi, melihat Ustad Zainuddin tiba-tiba jadi superstar pengajian (ceramahnya melibatkan panitia, stadion, puluhan ribu jemaah dan honor besar), sekali lagi saya dibuat bertanya: jawaban sosiologis apa yang harus diberikan buat menjelaskan gairah Islam, termasuk di kampus-kampus sekular kita? Benarkah ini wujud santrinisasi?

Di Klender yang banyak mesjid itu saya mencoba menghayati keadaan. Sering ustad menasihati, "Hiasi dengan bacaan Quran, biar rumahmu teduh." Para "Unyil" ke mesjid, berpici dan ngaji. Pendeknya, orang seperti kemarok terhadap agama.

Dalam suasana ketika tiap orang yakin tentang Tuhan, muncul Kang Suto, sopir bajaj, dengan jiwa gelisah. Sudah lama ia ingin salat. Tapi salat ada bacaan dan doanya. Dan dia tidak tahu. Dia pun menemui pak ustad untuk minta bimbingan, setapak demi setapak.

Ustad Betawi itu memuji Kang Suto sebagai teladan. Karena, biarpun sudah tua, ia masih bersemangat belajar. Katanya, "Menuntut ilmu wajib hukumnya, karena amal tanpa ilmu tak
diterima. Repotnya, malaikat yang mencatat amal kita cuma tahu bahasa Arab. Jadi wajib kita paham Quran agar amal kita tak sia-sia."

Setelah pendahuluan yang bertele-tele, ngaji pun dimulai. Alip, ba, ta, dan seterusnya. Tapi di tingkat awal ini Kang Suto sudah keringat dingin. Digebuk pun tak bakal ia bisa menirukan pak ustad. Di Sruweng, kampungnya, 'ain itu tidak ada. Adanya cuma ngain. Pokoknya, kurang lebih, ngain.


"Ain, Pak Suto," kata Ustad Bentong bin H. Sabit.
"Ngain," kata Kang Suto.
"Ya kaga bisa nyang begini mah," pikir ustad.

Itulah hari pertama dan terakhir pertemuan mereka yang runyem itu. Tapi Kang Suto tak putus asa. Dia cari guru ngaji lain. Nah, ketemu anak PGA. Langsung Kang Suto diajarinya baca Al-Fatihah.


"Al-kham-du ...," tuntun guru barunya.
"Al-kam-ndu ...," Kang Suto menirukan. Gurunya bilang, "Salah."

"Alkhamdulillah ...," panjang sekalian, pikir gurunya itu.

"Lha kam ndu lilah ...," Guru itu menarik napas. Dia merasa wajib meluruskan. Dia bilang, bahasa Arab tidak sembarangan. Salah bunyi lain arti. Bisa-bisa kita dosa karena mengubah arti Quran.

Kang Suto takut. "Mau belajar malah cari dosa,"gerutunya.


Ia tahu, saya tak paham soal kitab. Tapi ia datang ke rumah, minta pandangan keagamaan saya.

"Begini Kang," akhirnya saya menjawab. "Kalau ada ustad yang bisa menerima ngain, teruskan ngaji. Kalau tidak, apa boleh buat. Salat saja sebisanya. Soal diterima tidaknya, urusan Tuhan. Lagi pula bukan bunyi yang penting. Kalau Tuhan mengutamakan ain, menolak ngain, orang Sruweng masuk neraka semua, dan surga isinya cuma Arab melulu."

Kang Suto mengangguk-angguk. Saya ceritakan kisah ketika Nabi Musa marah pada
orang yang tak fasih berdoa. Beliau langsung ditegur Tuhan. "Biarkan, Musa. Yang penting ketulusan hati, bukan kefasihan lidahnya."

"Sira guru nyong," (kau guruku) katanya, gembira.

Sering kami lalu bicara agama dengan sudut pandang Jawa. Kami menggunakan sikap semeleh, berserah, pada Dia yang Mahawelas dan Asih. Dan saya pun tak berkeberatan ia zikir,
"Arokmanirokim," (Yang Pemurah, Pengasih).

Suatu malam, ketika Klender sudah lelap dalam tidurnya, kami salat di teras mesjid yang sudah tutup, gelap dan sunyi. Ia membisikkan kegelisahannya pada Tuhan.

"Ya Tuhan, adakah gunanya doa hamba yang tak fasih ini. Salahkah hamba, duh Gusti, yang hati-Nya luas tanpa batas ..."

Air matanya lalu bercucuran. Tiba-tiba dalam penglihatannya, mesjid gelap itu seperti mandi cahaya. Terang-benderang. Dan kang Suto tak mau pulang. Ia sujud, sampai pagi ...

ANDAI INI RAMADHAN YANG TERAKHIR

Category:Renungan

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu siangnya engkau sibuk berzikir
tentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu
mendayu..merayu...kepada-NYA Tuhan yang satu
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu sholatmu kau kerjakan di awal waktu
sholat yang dikerjakan...sungguh khusyuk lagi tawadhu'
tubuh dan qalbu...bersatu memperhamba diri
menghadap Rabbul Jalil... menangisi kecurangan janji
"innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin"
[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...
kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam]

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tidak akan kau sia siakan walau sesaat yang berlalu
setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja
di setiap kesempatan juga masa yang terluang
alunan Al-Quran bakal kau dendang...bakal kau syairkan

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu malammu engkau sibukkan dengan
bertarawih...berqiamullail...bertahajjud...
mengadu...merintih...meminta belas kasih
"sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MU
tapi...aku juga tidak sanggup untuk ke neraka-MU"

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu dirimu tak akan melupakan mereka yang tersayang
mari kita meriahkan Ramadhan
kita buru...kita cari...suatu malam idaman
yang lebih baik dari seribu bulan

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu engkau bakal menyediakan batin dan zahir
mempersiap diri...rohani dan jasmani
menanti-nanti jemputan Izrail
di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman

Duhai Ilahi....
andai ini Ramadhan terakhir buat kami
jadikanlah ia Ramadhan paling berarti...paling berseri...
menerangi kegelapan hati kami
menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu Ya Ilahi
semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Namun teman...
tak akan ada manusia yang bakal mengetahui
apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya
yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah
berusaha...bersedia...meminta belas-NYA

Source: Unknown


Bunda Naila
"Duh Gusti Alloh, beri hamba kesempatan agar dapat bertemu kembali dengan Ramadhan"

20 October 2005

Lagu untuk Bunda

Category: Others Daily Story

Agus Triatno
10/20/2005 10:35 AM
To: aris.ariyanti@iff.com
cc:
Subject: sebuah lagu untuk bunda


bunda sayang,
Kalo punya lagunya TANGGA yg berjudul "hebat", coba dengerin ya...
selamat mendengarkan

sedikit syair nya ....
"betapa sempurna dirimu dimata hatiku...
tak pernah kurasakan damai sedamai bersamamu...
kau membuat ku merasa hebat karena.. ketulusan cintamu"

selebihnya silahkan simak lagu ini untuk bunda seorang

love u
ayah

***
Mungkin setelah membaca salinan email diatas Anda merasa geli atau bahkan menganggap norak. Hal itu wajar, karena pada awalnya Saya pun merasa demikian. Namun setelah Saya membacanya ada rasa lain yang Saya rasakan, yaitu rasa bahagia persis seperti sesaat setelah ijab qobul dulu. Sepertinya setelah membaca email itu energi Saya jadi bertambah begitu pula rasa sayang Saya pada suami.

Selama ini mungkin kita Suami Istri, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semua yang dijalani terasa seperti sebuah rutinitas dan kewajiban sebagai seorang suami atau istri. Kemesraan dan kasih sayang yang dulu pada saat awal menikah begitu hangat lama kelamaan mulai pudar oleh waktu dan berbagai persoalan hidup. Yang ada hanya tinggal rutinitas kehidupan yang mungkin terasa hambar.

Saya jadi teringat kebiasaan salah satu teman kantor Saya yang setiap kali menelpon atau ditelpon oleh suaminya selalu mengakhiri telpon dengan kata "I Love You" dan memanggil suaminya dengan panggilan"Honey". Bahkan dia nggak risih meskipun saat menerima atau menelpon tersebut banyak rekan lain yang mungkin bisa mendengar.

Dari situ Saya belajar ternyata memelihara kehangatan cinta kasih itu sangat perlu apalagi dijaman seperti ini, dimana persoalan hidup kadang membuat kita kehilangan romantisme. Rosul pun memiliki panggilan sayang untuk istri beliau Aisyah yaitu Humairah. Intinya romantisme itu perlu dalam berumah tangga. Caranya mengungkapkannya mungkin berbeda untuk setiap pasangan. Mengirim email atau SMS mesra kepada suami kenapa nggak ??? yang penting kan halal 100% :)



Cheers
Bunda Naila
> Ay, Kalo udah baca postingan ini tolong dengerin lagunya Rossa "Wanita yang Kau pilih" yach.......

10 October 2005

Ubaa....

Apaan tuh "Uba"? itulah sebagian besar pertanyaan yang dilontarkan teman atau tetangga ketika mendengar Naila memanggil Saya. Sejak awal Saya pengen nantinya Naila memanggil Saya Bunda. Dulu diawal perkembangan verbalnya dia sudah mampu memanggil Saya dengan mama dan ayahnya dengan papa. Namun karena kami (saya & suami-red) sudah sepakat ingin membiasakan Naila dengan panggilan Ayah & Bunda, akhirnya kami mulai memperkenalkan panggilan tersebut.

Tahap pertama, Naila sudah berhasil memanggil Ayah, dengan jelas dan fasih. Mungkin karena nggak terlalu rumit kali ya. Namun Naila tetep keukeh manggil Saya "Mama", untuk melatihnya setiap dia berusaha memanggil Mama, Saya jawab "Bukan Mama Bunda". Dia pun menirukan "Nda". "Pinter", jawab Saya.

Sebenarnya kemampuan verbal Naila cukup baik. Setiap kata yang dia ucapkan cukup jelas maksudnya, seperti maem, pipis, ikan, bobok, daging, sosis, termasuk memanggil nama seseorang. Bahkan sekarang dia sudah bisa merangkai 2 sampai 3 kata walaupun urutannya kurang benar. Seperti "pus hantem akhang", maksudnya pus (kucing) berantem nakal.

Sampai suatu ketika Naila sedang melihat-lihat album foto dia menyebutkan satu persatu yang ada di foto tersebut. Kebetulan disitu ada foto Kami bertiga, Saya, Naila dan Ayahnya. "Ayah", kata Naila dengan jelas sambil menunjuk foto Ayahnya. Lalu Ayah nanya, "Naila mana?". Sambil menunjuk fotonya dia berkata, "Ailah", maksudnya Naila. "Kalo ini siapa?", tanya Saya sambil menujuk foto Saya. Dengan bersemangat dan setengah berteriak dia menjawab "Ubaaa...."

Gedubraaak.....kok gini jadinya? suami Saya hanya senyum-senyum melihat Saya yang sedang kebingungan. Sampe sekarang pun Naila selalu memanggil Saya dengan Uba, baik saat di telpon maupun waktu dirumah. Namun dengan semangat juang 45, Saya selalu mengajari dia dengan mengeja kata Bun-da, setiap kali dia memanggil Uba. "Bukan Uba sayang, tapi Bun-Da", dan dia menirukan "Nda". "Pinter", jawab Saya. Tapi tetep aja, kalo spontan manggil Saya yang keluar adalah"Uba".

Mudah-mudahan ini semua proses yang harus dilalui, sampai akhirnya dia mampu memanggil Bunda dengan Sempurna. Amin


Cheers
Uba Naila eh...salah Bunda Naila he..he..he..

06 October 2005

Karena kita nggak pernah tahu........

Category: Renungan

Di bulan Ramadhan seperti ini, jumlah peminta-minta kok kayaknya jadi bertambah banyak saja. Ambil saja contoh di lampu merah, di pinggir terminal dan di jembatan penyebrangan yang biasa saya lewati. Mungkin mereka berpikir kalo bulan puasa orang akan lebih banyak beramal dibandingkan hari lainnya. Belum lagi yang meminta-minta dengan mengatasnamakan pondok pesantren atau yayasan yatim piatu serta panitia pembangunan masjid yang biasa beroperasi di bus kota atau KRL.

***
Salah satu teman Saya sebut saja si A pernah bercerita bahwa dia selalu pilih-pilih kalo mau ngasih peminta-minta. Dia tidak akan memberi pada mereka yang masih muda dan segar bugar sebaliknya dia akan memberi jika pengemisnya sudah tua atau anak-anak. Lain lagi dengan si B, Dia malah anti memberikan uang pada peminta-minta di jalanan. Menurut teman saya, itu nggak mendidik dan kadang uang kita malah disalah gunakan buat hal-hal yang tidak baik misal mabok atau judi. Makanya dia memilih untuk tidak memberikannya. Apalagi kalau itu mengatas namakan lembaga tertentu misalnya yayasan anak yatim atau panitia pembangunan masjid, dia nggak bakalan ngasih. Anggapan dia itu adalah mistur (Ngemis yang diatur) kalo mau nyumbang mendingan langsung aja ke yayasan panti asuhannya atau langsung ke mesjidnya. Lebih jelas dan afdhol, katanya.

Lain lagi dengan komentar sopir angkot yang pernah saya ajak ngobrol, "Mereka itu ngemis kan dikoordinir neng, pendapatannya lumayan sehari bisa lebih dari 30.000 bersih artinya sudah dikurangi setoran. Padahal rumahnya dikampung gedhong gedhe, sawahnya juga banyak. Makanya mereka betah jadi pengemis".

Saya juga pernah menerima email forward-an dari teman beberapa waktu yang lalu, dari sebuah lembaga yang isinya menghimbau kita supaya berhenti memberikan uang kepada para peminta-minta dan anak jalanan dengan maksud agar mendidik mereka. Karena selama ini mereka selalu kabur dari tempat penampungan untuk direhabilitasi dan kembali ke jalanan. Harapannya, mereka tidak akan kabur lagi karena di jalanan sudah tidak ada lagi yang memberi uang.

Semua hal diatas mengingatkan Saya pada kebiasaan ibu yang senang mengumpulkan uang logam 500-an. Beliau selalu sedia uang receh yang dibungkus plastik kiloan dalam setiap perjalananya menuju Bogor, saat akan mengunjungi Saya. Begitu pun saat akan kembali ke kampung. Saya selalu dimintai tolong untuk menukarkan uang receh ke pom bensin. Pernah Saya tanyakan, "untuk apa uang receh sebanyak itu ma?" Dengan enteng beliau menjawab, "Saat bis berhenti di agen/terminal suka ada yang ngamen atau minta sumbangan"

Bahkan pernah suatu ketika beliau Saya ajak naik KRL dari Depok ke Bogor, beliau selalu memberikan uang receh kepada setiap peminta-minta, pengamen atau pun peminta sumbangan yang masuk ke KRL. Sampai akhirnya persediaan recehnya habis setelah melalui 4 stasiun, ya jelas aja habis lha jumlah pengamen, peminta-minta dan pencari sumbangan di KRL kan nggak kehitung jumlahnya.
Lalu Saya bilang, "Ma, di KRL ini banyak banget yang minta-minta, mendingan Mama pilih-pilih aja yang mau dikasih. Yang masih sehat dan segar bugar nggak usah dikasih. Kalo pengamen yang cacat atau anak kecil aja yang dikasih, soalnya kalo yang muda suka dibuat yang nggak-nggak", terang Saya sok tahu. "Kalo mama mau shodaqoh ke masjid atau yayasan yatim piatu mendingan langsung aja ma ke masjidnya biar jelas dan pasti dapet pahala, kadang mereka hanya merekayasa mengatasnamakan mesjid untuk meminta-minta", tambah saya lagi.

Dengan pelan beliau menjelaskan, "Kalo mau berbuat baik pada orang lain nggak usah pilih-pilih apakah dia tua, muda, cacat atau sehat. Pokoknya tujuan mama cuma memberi dengan ikhlas, setelah itu terserah mau mereka apakan uang itu, syukur-syukur digunakan untuk hal yang baik". "Jangan berprasangka buruk pada orang lain kalo ternyata benar dia dari panitia masjid berarti kita sudah melewatkan kesempatan untuk bisa beramal, intinya memberi aja nggak usah mikir yang macem-macam apakah benar untuk mesjid atau tidak. Kalaupun nggak itu kan urusan mereka bukan kita. Memangnya kita tahu perbuatan kita yang mana yang akan mendapatkan pahala dari Alloh? apakah kalo nyumbang langsung ke masjid pasti dapet pahal? Gimana kalo ternyata disertai riya'? Soal pahala itu urusan Alloh", tambahnya lagi.


Saya hanya diam dan merenungi apa yang dikatakan Ibu. "Kamu dengar kan tadi, beberapa dari mereka begitu tulus berterima kasih dan mendoakan kita, padahal kita hanya memberi 500 perak. Mungkin saja do'a mereka lah yang didengar dan dikabulkan Alloh, siapa yang tahu ?" tambahnya lagi.

***
Sampai sekarang kalo pas ketemu sama peminta-minta atau pun pencari sumbangan saya selalu teringat ucapan ibu dan Saya pun tidak bingung lagi mesti berbuat apa. Karena memang kita nggak pernah tau amalan kita yang mana yang akan mendapat pahala dari Alloh.


Bunda Naila
I miss u Mom, kapan ke Bogor lagi ???

03 October 2005

Dirapel !!

Alhamdulillah, setelah hampir 2 bulan nggak ngeblog akhirnya sore ini Bunda sempet nulis lagi :) Jujur (kayak lagunya Raja-red) sebenarnya kangen banget untuk cerita setiap kejadian yang Bunda alami, jari-jari ini juga gatel pengen ngebales setiap pesan yang ada, tapi apa daya waktu dan tenaga sangat terbatas. Kalo udah kayak gini berarti kita harus pakai skala prioritas, bukan berarti ngeblog nggak penting lho, bahkan setiap memulai hari selalu Bunda sempetin buat ngelirik shoutbox, dengan membaca setiap sapa dari sahabat-sahabat tersayang, Bunda jadi lebih semangat memulai hari dengan sebuah tekad "Ntar kalo udah agak longgar, Bunda akan balas maen".

Makasih Banget
Buat semua sahabat, yang udah mau mampir walaupun nggak ada sesuatu yang baru di blog Bunda. Dari lubuk hati yang dalam Bunda bersyukur punya banyak sahabat yang masih perhatian. Buat para sahabat baru, insyaalloh Bunda akan berkunjung balik, biar banyak sodara gittu lloh. Sekali lagi makasih buat kunjungan dan perhatiannya. Semoga tali silaturahmi antara kita tetap terjaga. Amin

Kemana Aja seh ??
Menjawab pertanyaan beberapa sahabat di shoutbox, kemana aja sih selama ini? kok nggak pernah on line? Sebenarnya setiap saat baik lagi di kantor, di rumah ataupun pas tugas keluar kota Bunda sempetin kok nengok blog. Cuma untuk posting, kayaknya belum bisa. Dalam 2 bulan terakhir emang sedang banyak sekali pekerjaan yang mengharuskan Bunda sering pergi keluar kota. Nggak cuma itu datelinenya pun sangat banyak dan semuanya harus kelar sebelum ramadhan. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan sesuai jadwal.

Copy Darat bersama Jeng Isna & Avie Jogja
Inilah enaknya punya banyak teman dan saudara. Walaupun sedang jauh dari keluarga tapi tetep ngerasa punya keluarga. Buat Jeng Isna dan Avie thanks banget yach udah mau menyempatkan diri bertemu Bunda, padahal waktu itu Jeng Isna sedang dalam masa penyembuhan lho. Ma'af waktu ke Jogja yang ke-2 nggak sempet nelpon Jeng Isna lagi, takut ngerepotin :) lagian di Jogjanya cuma sebentar. Tapi udah sempet ngunjungi Mirota Batik dan Karita, seperti saran Jeng Isna:)
Marhaban Ya Ramadhan
Namanya juga rapelan, jadi semuanya di jadiin satu:) Termasuk ucapan selamat menunaikan Ibadah Puasa bagi semua teman dan sahabat. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenan ataupun khilaf yang pernah dilakukan. Semoga Ramadhan kali ini dapat kita jalani dengan baik dan hari-hari kita diisi dengan amal ibadah dan semoga kita tergolong dalam kelompok orang-orang yang bertaqwa. Amin
Bunda Naila

05 July 2005

Mirip Siapa Sih ?

"Wah, mirip banget ayahnya ya ", ah kata-kata itu lagi. Hampir setiap teman atau saudara yang bertemu Kami selalu ngomong bahwa Naila mirip banget sama ayahnya. Di satu sisi Saya lega bahwa mendapat legitimasi bahwa Naila emang anak Kami, bukan anak tetangga he..he..he..

Sampe suatu ketika Ayah yang sedang bongkar-bongkar arsip, nunjukin sesuatu ke Bunda. Buku rapor Ayah waktu di TK. Disitu ada foto Ayah waktu TK, subhanalloh mirip banget ama Naila. Kayak ngeliat Naila udah gedhe cuma rambutnya pendek.

Rasanya sedih banget, bayangin semenjak Naila lahir sampe sekarang berumur 15 bulan nggak ada satupun yang mengatakan bahwa Naila mirip Saya, Bundanya. Padahal kan yang hamil selama 9 bulan itu Bunda, yang mual-mual kan Bunda trus Bunda juga yang ngerasain sakit waktu melahirkan, walupun lewat operasi caesar. Kayaknya, nggak adil yach, tapi mo gimana lagi ?

Semua itu kan anugrah Alloh yang harus disyukuri. Walupun kadang sedih juga, tapi positif thinking aja, mudah-mudahan ntar yang baik-baiknya nurun dari Bunda. Atau mungkin entar anak ke-2 mirip Saya he..he...he..
Saya yakin banyak yang senasib dengan Saya ( menghibur diri-red).

Cheers
Bunda Naila

27 June 2005

Polygami VS Polyphonic

Berita tentang cinta segitiga antara Nia Daniati, Farhat Abas dan Ani tidak hanya ramai dibicarakan oleh infotainment atau tabloid-tabloid gosip saja tapi sudah menjadi topik diskusi setelah jam makan siang, bahkan Saya dan Suami pun ikut membahas niat Farhat untuk berpoligami. Bukannya ikutan gosipin orang lho, tapi belajar dari kasus orang lain boleh kan ?? sebagai wacana gittu lloh.

Siang ini setelah makan siang, seperti biasa obrolan ringan meluncur begitu saja. Kali ini mengomentari soal polygami khususnya kasus Nia dan Farhat."Kasihan ya Nia, biasa laki-laki emang gitu.Giliran udah sukses dan merasa dipuncak karir mulai deh bertingkah trus pake jurus polygami", komentar salah satu teman saya sambil membolak balik salah satu tabloid gosip minggu ini. "Iya, kalau gue sih sampe mati nggak bakalan ngijinin suami gue polygami, hari gini suka sama suami orang pliss deh...kayak nggak ada laki-laki lain ajja", timpal teman saya yang lain nggak kalah semangat.

Saya yang mendengar cuma cengar-cengir sambil terus melototin layar komputer. "Yan, emang sah gitu nikah lagi tanpa ijin dari istri pertama?", tanya teman saya. Saya yang sedang asik jadi kaget dan langsung spontan jawab,"Ya, sah asal ada saksi dan mas kawin". "Berarti polygami nggak adil dong buat kita wanita?" timpal teman saya. "Eh, maksudnya begini, sepengetahuan gue sih suami emang nggak wajib hukumnya minta ijin ke istri untuk kawin lagi tapi demi kebaikan dan hubungan silaturahmi alangkah lebih baiknya kalo meminta ijin dulu", jelas Saya.

"Ah..gue sih tetep nggak setuju sama yang namanya polygami pokoknya nggak ada dikamus gue", papar teman saya tadi."Iya, gue juga. Lagian wanita mana sih yang mau dimadu? Lu setuju nggak Yan ?", tanya teman saya menyelidik. Wah, mulai serius neh. Pertanyaan yang agak susah untuk dijawab. Saya mulai ikutan serius,"sebenarnya polygami itu alternatif cara yang dihalal kan oleh Alloh supaya kita terhindar dari zina. Efek sebenarnya juga untuk memuliakan kedudukan wanita. Jadi polygami itu diperbolehkan, asal dapat memenuhi syaratnya yaitu mampu secara materi dan dapat berbuat adil. Kalo soal materi mungkin banyak yang mampu, tapi bagaimana dengan berbuat adil? So kalo ngerasa nggak bisa berlaku adil mendingan satu istri aja", jelas saya hati-hati, takut disalah artikan.

"Berarti lu setuju dong sama Polygami ?", balas teman saya yang lain. "Ya setuju, kan sudah ada aturannnya di agama", jawab saya sambil tersenyum. "Berarti lu nggak keberatan kalo suami lu kawin lagi?Lu mau dimadu gitu?", teman saya makin penasaran. "Nggak mau !!", jawab saya ringan. "Lho kok? tadi katanya setuju ?". "Iya, gue setuju ada polygami tapi gue nggak setuju kalo suami gue polygami. Gue ngerasa, dia belum mampu untuk berpolygami", jelas saya. "Gggrrrrrrr...itu sih sama ajja, intinya lu tuh nggak mau diduain iya khan ???", semuanya serempak menjawab. Saya sih cuma senyum-senyum aja, nggak tau musti ngomong apa lagi.

***
Seperti polyphonic, saat ini polygami emang sedang ngetrend. Kelonggaran ini dijadikan senjata oleh para suami untuk nikah lagi dengan alasan "Nabi aja dulu istrinya 4, masak Ayah mau punya istri 2 aja nggak boleh". Geduuubraaaaaaaak, "Ayah kan bukan Nabi, lagian wanita yang dinikahin Nabi adalah janda-janda nggak mampu yang ditinggal mati suaminya saat berperang dengan tujuan untuk menyelamatkan aqidah dan membiayai anak-anaknya. Bukan wanita atau janda cantik dan kaya, itu namanya cuma nafsu", jelas saya saat diskusi soal kasus Nia dan Farhat dengan suami saya. "Emang Ayah, ada niat buat polygami?", selidik saya. "Gimana yah, satu aja nggak abis-abis", jawab suami saya sambil senyum-senyum.

Alhamdulillah, semoga apa yang dikatakan Ayah benar-benar tulus dari hati dan nggak akan berubah sampe nanti. Emang benar kata orang bijak bahwa, satu istri itu nggak akan habis, 1000 pun nggak akan cukup. So, buat para suami yang mau polygami mending dipikir dulu 100x, mendingan polyphonic sama ngetrend nya kok....keren lagi. Iya nggak ????

Cheers
Bunda Naila

22 June 2005

Love is Blind ...

Power of love. Itu ungkapan kalimat yang selalu diungkapkan teman saya. Ia selalu tidak dapat mendisposisikan perasaannya tersebut. Ia selalu terjerat oleh perasaannya sendiri. Selalu berada dalam bayangan semu. Ia sadar betul dengan perasaannya tersebut. Cinta yang dimilikinya membuat ia tidak dapat berpikir secara rasional. "Keringanannya" membantu lelaki itu tidak lebih karena rasa yang dimilikinya. Pun dia sadar ketika lelaki itu terkesan seperti memanfaatkan posisinya. Saat ia butuhkan lain tidak. Meskipun saya tidak memungkirinya ia terkenal sebagai sosok yang sering membantu rekan-rekannya.

Seperti biasa ia dihubungi oleh temannya tersebut. Ia diminta untuk membantunya menyelesaikan tugas akhir lelaki itu. Dengan rasa yang dimilikinya, ia ringan saja membantu meskipun terkadang, ia mengeluh, ia dihubungi bila ada keinginan dari temannya sehingga malah terkesan azas manfaat. Tapi Ia tetap saja tidak mampu menolaknya. Ia memiliki kebahagiaan lebih bila membantu lelaki itu mesakipun rasa itu tidak dimilikioleh temannya. Entah mengapa bila ia membantu lelaki tersebut ia merasa lebih "ikhlas" ," jelasnya pada saya.

Begitupun halnya dengan saya. Saya pernah mencoba untuk mengingatkannya atas segala perhatian yang diberikan. Sungguh, saya hanya tidak ingin ia semakin menderita dengan perasaannya sendiri sebab ia berada dalam posisi bertepuk sebelah tangan.

"Terkadang saya sendiri tidak mengerti apa yang terjadi pada diri saya ini," ujarnya sesaat. Tuturnya," Saya pun ingin segera lepas dari kondisi ini, tapi sangat sulit untuk mengahadapi kenyataan". Saya hanya tersenyum. Andaikan ia dapat berpikir secar bijak tentu saja ia dapat membuat sebuah keputusan dalam hidupnya. Yap, dengan menjaga jarak. Saya pikir itu yang tepat. Meskipun itu tidak sesederhana yang dibayangkan apalagi bagi dirinya.

Bila saya membaca ungkapan love is blind. Cinta itu buta. Benak saya dipenuhi olehnya. Mungkin itu yang dialami oleh teman saya ini. Membuatnya tidak dapat berpikir jernih. Saya selalu berharap, suatu saat ia dapat mengelola rasa cintanya itu dalam bingkai yang benar. Alangkah indahnya bila bantuan yang diberikan bukan karena cinta tapi karena persahabatan. Tepatnya karena ukhuwah islamiyah.

Saya pernah menemukan sebuah kalimat bijak – yang mengajarkan saya tentang cinta juga persahabatan.

" Rasa hormat tidak akan pernah membawa kepada persahabatan tapi persahabatan tidak akan pernah ada tanpa rasa hormat".

Inilah yang membuat persahabatan lebih dari sekedar rasa cinta.

21 June 2005

Ketika Mimpi tak jadi kenyataan

Dia sahabat Saya, merasa perkawinannya yang hampir menginjak tahun ke-2 tidak seperti yang dia harapkan. Dia menginginkan suami yang bisa menjadi imam dalam setiap sholatnya, suami yang biasa membangunkanya tengah malam untuk melakukan sholat tahajud bersama dan suami yang bisa menemaninya membaca Al qur'an. Semua hal itu belum terwujud dalam rumah tangganya, sehingga membuatnya merasa rumah tangganya hampa dan berjalan timpang.

Selama ini, Dia sudah telah berusaha mengajak suaminya untuk sama-sama belajar memperbaiki diri. Namun Dia merasa usaha yang dilakukan suaminya belum maksimal. Dia merasa berjalan terlalu cepat, sehingga keluarganya terasa berjalan pincang. Sementara sang suami seperti berjalan ditempat, dan yang lebih parah lagi tak ada kesadaran untuk berubah. Suaminya. Lalu harus bagaimana ?

***

Mungkin Dia mewakili sebagian kita yang memasuki gerbang pernikahan dengan segudang harapan tentang sosok pasangan ideal. Semua dari kita pasti memiliki kriteria tersendiri tentang pasangan ideal. Saking lekatnya harapan itu seakan terus membayangi dan ketika ternyata pasangannya tidak sebagaimana harapannya, maka kecewa.

Ada baiknya kita positive thinking, bahwa kita menikahi pasangan kita dengan segala apa yang ada pada dirinya berupa kelebihan dan kekurangannya. Kita pun punya kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya untuk disyukuri, kekurangannya menjadi ladang amal buat kita untuk memperbaikinya karena Allah. Dengan begitu kita tidak akan mudah kecewa terhadap segala kekurangan yang terdapat pada pasangan kita.

Satu lagi, bahwa apa yang kita terima saat ini mungkin tidak baik menurut kita, tapi belum tentu buruk menurut Alloh.

06 June 2005

Perempuan itu.......

Perempuan itu bingung musti gembira atau sedih, mendengar kabar bahwa anak pertamanya diterima masuk salah satu universitas negri di Bogor tanpa test. Untuk ukuran dikampung, hanya orang-orang yang benar-benar mampu saja yang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi, walaupun kadang kemampuan akademis anak kampung juga tidak bisa dianggap remeh. Namun bibit-bibit unggul itu tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena terbentur masalah biaya. Adakalanya orang tuanya mampu membiayai namun si anak tidak memiliki kemampuan untuk bisa masuk universitas negri.

Karena itulah perempuan itu bingung, harusnya dia bangga karena anaknya bisa diterima di universitas negri, tanpa test lagi. Tapi lagi-lagi dia bingung karena untuk masuk kesana, pertama kali harus membayar uang POM, penataran, jaket almamater dan biaya-biaya lainnya yang jumlahnya hampir mencapai 2 juta rupiah. Bukan jumlah yang sedikit untuk ukuran orang kampung waktu itu. Belum lagi biaya hidup dan kost disana.

Namun karena dorongan para guru dan melihat minat yang besar dari sang anak untuk sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi akhirnya ia putuskan untuk menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. Dengan satu keyakinan bahwa pendidikan adalah investasi bagi anaknya dimasa yang akan datang. Ia berharap agar kelak anaknya memiliki nasib yang lebih baik darinya. Akhirnya ia putuskan untuk menjual semua barang berharga yang ia miliki termasuk satu-satunya motor yang biasa dipakai suaminya untuk pergi ke kantor.

Sampai pada suatu hari dengan mata berkaca-kaca ia berkata kepada anaknya, "Nduk, terpaksa ibu harus menjual cincin dan kalung mu buat nambahin biaya kuliah dan biaya hidupmu disana". Sambil mencopot kalung yang sedang digunakan anaknya ia kembali berkata, "Mungkin bapak sama ibu ndak bisa ngater kamu sampe Bogor, mending duitnya buat tambahan biaya kamu disana. Ibu yakin kamu bisa ngurus semuanya sendiri."

"Ndak usah mikirin bapak. ibu dan adik-adiakmu, pokoknya kamu belajar yang rajin biar cepet lulus dan langsung dapat kerja. Jangan lupa yang 5 waktu, doakan supaya bapak sama ibu diberi kemudahan mencari rejeki"

**
Akh....kata-kata itu masih jelas teringat, walaupun sudah 10 tahun yang lalu diucapkan. Memang keputusan untuk menyekolahkan saya perguruan tinggi adalah pengorbanan yang besar bagi orang tua saya.
Sebenarnya jauh dilubuk hati ini masih tersimpan sebongkah tanya, sudahkah Saya memenuhi harapan serta membahagiakan kedua orang tua Saya ? Apakah gelar sarjana saya sudah bisa membuat orang tua saya bahagia? atau pekerjaan saya saat ini ? atau karir saya ? atau kiriman saya tiap bulan? atau jangan-jangan saya sama sekali belum membahagiakan orang tua saya?

Memang ndak patas rasanya membandingkan apa yang telah saya berikan denga apa yang telah orang tua berikan kepada saya. Bahkan mungkin tidak akan pernah sebanding.

Yang saya tahu, hanya satu hal yang selalu diharapkan oleh orang tua saya bahkan mungkin juga orang tua Anda yaitu, Do'a.
"Ya Alloh sayangi kedua orang tua ku seperti mereka menyayangi aku sewaktu kecil".

Dedicated to my Mom: Happy Birthday .I can never repay you for all the things you've done for me...I can only love you more and more for each and every one!

03 June 2005

BIJAK MENYIKAPI KENTUT !!!


Cerita berikut ini saya dapat dari teman sekantor Saya, Daromi namanya.

Jangan berpikir judul ini Norak atau Jorok lho. Memang kentut itu jarang dibahas dalam berbagai seminar, diskusi apalagi FGD tentang kentut bahkan oleh dokter sekalipun. Namun Kentut, sekali lagi Kentut adalah hal yang lumrah terjadi dan bersinggungan dengan kehidupan kita sehari hari, walau setiap kali bersinggungan baunya “ SRENG BANGET“ .

Namun demikian kentut dapat terjadi setiap saat, bahkan tanpa predisksi sama sekali dengan berbagai bau dan bunyi. Sebenarnya ada beberapa tipe bunyi dan penyebab mengapa kok sampai berbunyi begitu, tapi itu gak perlu dibahas lah. Manfaatnya sangat kecil, sementara penelitiannya susah, karena selain malu, menunggu orang kentut pun sangat lama, sampai kita terkentut sendiripun mungkin yang ditunggu belum kentut juga.

Terlepas dari bau dan perasaan terhadap orang lain, kentut adalah nikmat ALLAH yang perlu disyukuri. Coba bayangkan seandainya kita tidak bisa kentut, tentu kita akan ke dokter atau salah salah ke dukun untuk bisa kentut. Selain perlu biaya tentu malu juga “ masak keren keren penyakitnya kagak bisa kentut? “. Kentut juga tidak perlu bayar. Bandingkan dengan kencing yang seribu. Coba kalau kentut bayar, ada yang sekali kentut keluar 3 kentutan. Bisa 3 ribu deh. Bisa habis biaya hanya untuk urusan kentut he...he..he...

Namun kentut yang sebenarnya hal wajar telah menjadi hal yang memalukan karena mungkin baunya, sehingga banyak orang yang menahan kentut atau minimalnya berusaha untuk tidak membunyikan kentutnya, atau trik terakhir yang pernah saya dengar, seseorang ketika kentutnya bunyi, buru buru menarik dan menggeser kursi “ “GRUK” sehingga yang terdengar adalah bunyi “GRUK” kursi tersebut.

Bagi kita, sudah seharusnya BIJAK DALAM MENYIKAPI HAL INI. Tidak berlebih lebihan dalam hal ini juga tidak kekurangan atau menahan nahan. Dan kalau ada orang lain yang kentut, terutama kita belum kenal atau orang tersebut mempunyai sifat pemalu, jangan lah membuka AIB orang tersebut, karena mungkin kentutnya memang sudah masanya keluar. Tiga tipe Kejadian yang kita bisa ambil sebagai IBROH , akan saya paparkan sebagai berikut :

Ketika Saya SMA, kebiasaan beberapa orang cowok kalau kentut dikerasin dan di kipasin. Tiba tiba, ketika suasana hening, mungkin karena sudah tidak kuat, seorang cewek kentut dengan bunyi Tiiiiet…! seketika semua ketawa tanpa bisa ditahan, meja dipukul pukul karena lucunya, bahkan ada yang kakinya naik keatas meja sementara pantatnya tetap dikursi sambil memukulkan tumitnya ke meja. Bagaimana dengan si Cewek? Terpukul dan malu, tidak bisa berkata apa apa. Harga dirinya jatuh. Kentut yang ditahan tahan ternyata keluar juga.Pantas kah jadi bahan tertawaan???

Ketika Teman Saya Daromi baru masuk kerja, ada Research tentang Susu Kental Manis di Rural area di Tasik satu Desa dicover oleh 2 orang, yakni teman Saya tadi dan temannya yang kebetulan cewek. Namanya daerah pedalaman, sawah, gunung dan lembah ya perlu kudaki. Eh ketika, naik ke sebuah tempat yang agak tinggi, ternyata si cewek tadi kentut. DUT!! Eh, si Daromi sampai terloncat. Dia pikir cewek manis jarang kentut. Setelah kejadian itu si cewek langsung bernegosiasi dengan Daromi , "pokoknya jangan cerita ke temen temen yang lain ya !'. OK, Aman!

Cerita lain lagi,
Ketika seorang Ustad sedang berbelanja di Pasar Buah Batu Bandung, dilihat ada sebuah toko yang sepi dan Asri. Cukup lebar juga tempatnya, dan dijaga seorang wanita masih cukup muda. Mungkin anaknya yang punya toko tersebut. Sang Ustad melihat lihat barang yang akan dibeli, sambil membandingkan dengan barang merek lainnya. Ketika pencarian barang sedang berlangsung, rupanya si penjaga toko tersebut akan keluar kentutnya. Dan bener saja, DUT, kentutnya keras tanpa wanita itu sendiri bisa mengeremnya. Sekilas dilirik, wajah si wanita penjaga toko merah padam, malu sama sang ustad.

Namanya kentut , sudah terlanjur keluar tentu gak bisa ditarik lagi. Emang pilkada, sang ustad, tenang tenang saja, walau mendengar dengan jelas suara itu. Baginya kentut adalah karunia yang harus disyukuri. Kentut ya kentut, biarin saja, yang kentut tidak usah di olok olok juga tidak usah dikasih selamat. Masak kentut kok dikasih selamat! Ketika pemilihan barang usai, tiba sang ustad untuk membayar dan menuju wanita yang kentut tadi. Sekilas dilirik, wajah merah wanita itu masih terlihat. Dengan pura pura tidak sadar akan hal tersebut, sang ustad memberikan barang barang yang akan dibeli dan bersiap untuk membayar. Semua Rp 23.000 pak, kata penjaga tadi. Ustad tetap diam saja, Rp 23.000 Pak, wanita tadi mengulangi.

Berapa??? Tanya ustad. "Maaf dik, Telinga saya ini kurang pendengarannya . Ngomongnya harus keras , baru saya bisa mendengar dik. Suara mobil di depan jalan ini aja saya gak dengar dik", jelas sang Ustad. Wanita penjaga tadi tersenyum lega, wajahnya berbinar berarti orang yang belanja ini tidak dengar kentut saya tadi. Keduanya merasa lega, ustads kembali kerumahnya dengan tersenyum karena bisa menyelamatkan perasaan si wanita, sedang wanita penjaga toko bergembira karena hanya dialah yang tahu bunyi kentutnya.

Bijak dalam menghadapi sesuatu adalah kewajaran, termasuk dalam hal perkentutan. Bagaimana orang lain senang terhadap diri kita, dan bagaimana membuat orang lain tertutup rasa malunya perlu kebijaksanaan dalam menghadapi suatu masalah. Tidak membicarakan aib orang lain juga menjadi suatu hal yang sangat baik. Membicarakan kejelekan orang lain, kalau tidak ghibah tentu itu sebuah fitnah.

Kentut adalah anugerah, kesehatan, sekaligus bisa memalukan. Bijak dalam menyikapi kentut adalah keharusan.

Dari berbagai sumber


Cheers
Bunda Naila

02 June 2005

Betapa Miskinnya Kita

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.' Bagaimana perjalanan kali ini?'
' Wah, sangat luar biasa Ayah'. ' Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin' kata ayahnya.
' Oh iya' kata anaknya'. ' Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab. ' saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing,
mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya. Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari. Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat
tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita. Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara. Kemudian sang anak menambahkan
' Terimakasih Ayah, telah menunjukan kepada saya betapa miskinnya kita.'
Source: Unknown

Kadang-kadang kita sering melupakan apa yang telah kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua initergantung dari cara pandang seseorang.
Mungkin akan lebih baik jika kita bersyukur kepada Allah sebagai rasa terima kasih
kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta apa yang belum kita miliki.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bersyukur. Amin

Bunda Naila



26 May 2005

Si Peniru Cilik

Weekend kemaren saya sempet dibuat bengong oleh tingkah Naila, pasalnya apa yang dia perbuat benar-benar diluar perkiraan saya. Saat itu Saya dan Naila sedang asyik bermain ditempat tidur kamar Saya, biasanya Naila paling senang kalau diajak membaca cerita bergambar sambil tiduran atau duduk di tempat tidur. Tapi kali ini sepertinya dia lebih tertari dengan beberapa perlengkapan make up Saya, yang memang sedang berantakan di meja rias. Akhirnya dia pun meronta mengajak ke arah meja rias. Saya pun menurutinya dan mengajaknya duduk didepan meja rias yang sedang berantakan tersebut.

Tak lama kemudian, tangan mungilnya mulai menyentuh sisir Saya yang berbentuk garpu dan dengan santai Si kecil Naila mengarahkan sisir tersebut ke kepalanya seakan-akan sedang menyisir. Ya..ampun ini anak tau dari mana kalo barang tersebut digunakan untuk menyisir? bukankah bentuknya berbeda dengan sisir yang biasa dia pakai selama ini?
Belum habis rasa heran Saya, tiba-tiba Naila mengambil lipstik saya dan membukanya. Memang tidak terlalu sulit untuk membuka sebuah lipstik. Dan apa yang terjadi kemudian benar-benar diluar dugaan Saya ! Naila mengarahkan lipstik yang sudah dibuka namun belum dikeluarkan tersebut, kearah bibirnya sambil digerakkan kekanan dan kekiri. Subhanallah !!
Siapa yang ngajarin bahwa lipstik itu dipakainya di bibir.

Lalu saya ceritakan kejadian tersebut pada suami saya, " Wah, pasti Bunda tuh yang ngajarin" komentarnya. "Aduh ayah...please deh, mana mungkin Bunda ngajarin Naila dandan kan masih kecil gittu lloh" saya membela diri. " Ya, kalo gitu dia niru Bunda, Naila kan selalu ngeliatin kalo Bunda pas lagi dandan" papar ayah.

Ya... ampun ternyata apa yang selama ini saya perbuat tidak pernah luput dari pengamatan sikecil. Suatu pelajaran berharga buat Bunda dan Ayah, ternyata anak akan selalu meniru apa yang diperbuat dan dilakukan orang tuanya. Mulai saat itu kami berjanji untuk selalu bersikap dan berkata yang baik terutama jika bersama Naila. Mungkin ini sebagai titik awal bagi kami untuk mulai memperbaiki diri. Untung baru kebiasaan dandan Saya yang ditiru Naila setidaknya bukan kebiasaan yang terlalu buruk.

Ya.. Alloh, selalu bimbing kami agar selalu dapat menjaga sikap, perbuatan dan perkataan sehingga menjadi teladan dan contoh yang baik bagi anak-anak kami. Amin


Naila unjuk Gigi Posted by Hello

Bunda Naila

Malaikat itu bernama, IBU

Cerita berikut ini Saya ambil dari milist tetangga. Subhanalloh begitu tingginya posisi seorang ibu dimata Alloh, yakni sebagai malaikat bagi anak-anaknya. Semoga kita khususnya Saya, bisa menjalani peran sebagi Ibu yang baik, ibu yang sabar dan penuh cinta, ibu yang dapat menghantarkan anak-anaknya mengenal Alloh dan RosulNya. Amin

Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan dia bertanya kepada Tuhan, "Para malaikat di sinimengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan lemah?", kata sibayi.
Tuhan menjawab, "Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu."

"Tapi di surga, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi saya untuk bahagia." Demikian kata si bayi. Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia."

Si bayi pun bertanya lagi, "Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara jika saya tidak mengerti bahasa mereka?"
Lagi-lagi Tuhan menjawab, "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang
paling indah yang pernah kamu dengar, dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia
akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara."

Si bayi pun bertanya kembali, "Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara
kepada-Mu?" Sekali lagi Tuhan menjawab, "Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa."

Si Bayi masih belum puas, ia pun bertanya lagi, "Saya mendengar bahwa di bumi banyak
orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?"
Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan melindungimu,
dengan taruhan jiwanya sekali pun."


Si bayi tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, "Tapi saya akan bersedih
karena tidak melihat Engkau lagi."
Dan Tuhan pun menjawab, "Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan
akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walau pun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu."

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya, "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat dirumahku nanti?"

Tuhan pun menjawab, "Kamu dapat
memanggil malaikatmu... I B U..."


Source: Unknown

17 May 2005

Giant Plentong

Setahun yang lalu Saya dan beberapa teman satu kantor menghadiri annual meeting dan trainning yang diadakan di Regional Office kantor kami di Singapore selama 2 minggu. Waktu 2 minggu terasa begitu lama bagi kami, pertama karena lokasinya di Singapore yang notabenenya adalah kantor kedua Kami, selain itu Kami merasa nggak cocok dengan makanan yang ada disana, terutama Saya yang paling nggak bisa kalo nggak makan nasi. Ujung-ujungnya, makan nasi padang lagi- nasi padang lagi.

Setelah 5 hari mengikuti meeting, Kami berencana untuk mengisi weekend dengan pergi ke Malaysia. Rencana awal Kami ingin pergi Kuala Lumpur, tapi ternyata waktu yang kita miliki sangat terbatas, kalo nggal nginep di KL rugi duong. Akhirnya, kami putuskan tetep ke Malaysia tapi via Costway dan hanya mengunjungi Johor Baru (JB).

Sesampainya di Johor Baru, Kami bingung hendak kemana. Karena Kami nggak tau tempat-tempat yang layak dikunjungi di Johor Baru. Akhirnya Kami putuskan untuk naik taxi, dan minta diantar ke pusat perbelanjaan terbesar di JB.
Sang sopir taxi pun dengan semangatnya, mengantakan "Ok lah, Saye nak antar Mak Cik ke Giant Plentong, itu tempat belanja besar nian. Banyak orang Singapore juga pergi kesana". Masih dengan logat melayunya yang kental si sopir taxi menambahkan " Nanti Mak Cik bisa pusing-pusing sepuasnya disana". Kami pun menyetujui dan terbayang oleh Kami suatu Pusat Perbelanjaan Terbesar pastilah ramai dan banyak hal menarik disana, setidaknya mirip Orchard Road di Singapore. Waaah...senangnya....

Setelah hampir 1 jam perjalanan Kami mulai gelisah kok nggak sampai-sampai. Menurut sang sopir sebentar lagi kita akan sampai. "Nah, itu dia di ujung jalan sana sudah tampak papan namanya" kata si sopir taxi. Kami pun bersemangat melongok kedepan, ada sebuah papan besar dengan tulisan GIANT plus lambang Giant Hypermarket yang biasa Kami lihat di Jakarta.
Kami saling berpandangan, ternyata Giant Plentong yang dimaksud Pak Cik tadi adalah Giant Hypermarket yang ada di Plentong. Yah...kalo cuma mau ke Giant sih, nggak usah jauh-jauh ke Malaysia, di Jakarta juga banyak. :(

Bunda Naila

12 May 2005

Pernikahan Njoe

Akhirnya, sahabat saya yang satu ini menikah juga. Setelah sekian lama mengembara mencari pelabuhan terakhir. Teriring ucapan "Selamat Menempuh hidup baru", semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmmah. Serta diberi keturunan yang sholeh dan sholehah. Amin 1000x

Semua temen-temen dan sahabat pada ngumpul, ada yang sedari subuh sudah repot menjemput calon penganten putri, ada kebagian menjadi pendamping Penganten, sebagian lagi yang sibuk dengan Cameranya. Bahkan Saya bisa menjumpai teman-teman lama sewaktu kuliah yang sudah sekian lama nggak ketemu. Senangnya, bisa ngumpul lagi. Sepertinya acara seperti ini bisa dijadikan moment yang bagus buat menghidupkan kembali tali silaturahmi. Bukan begitu ?

Tapi setidaknya, kita bisa mengambil lebih banyak hal dari sebuah acara pernikahan selain silaturahminya, yaitu pada saat ijab qobul. Bayangkan tidak lebih dari 5 menit setelah Si Aa mengucapkan " Saya Terima nikahnya Siti Juariyah...............dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" maka semuanya telah berubah 360 derajat !! Segala sesuatu yang dulu diharamkan sekarang menjadi halal bahkan bernilai ibadah. Subhanallah.

Hari itu 7 Mei 2005, adalah sejarah baru bagi Njoe sahabat saya, karena kini dia sudah menyandang gelar Istri. Hari itu adalah awal dari segalanya buat Njoe, kebahagian yang dirasakan hari ini tidak menjamin akan kita rasakan dihari-hari nanti. Kecuali jika kita dapat menjalaninya dengan penuh Sabar dan Syukur. Ikhlas dan saling memahami antara suami istri, yakinlah bahwa setiap kita memiliki kekurangan dan kelebihan. Insyaalloh kebahagian hari itu akan terasa selamanya.

Semoga kita semua termasuk saya dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami. Buat teman-teman yang akan menikah dalam waktu dekat, semoga segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar, yakinlah bahwa niat baik pasti akan dimudahkan jalannya oleh Alloh. Buat yang belum ingin menikah semoga langsung jadi pengen menikah. He..he...he...


Posted by Hello

With Love
Bunda Naila

Menikah....Mengubah Pola Pikir ???

Siang ini disela jam makan siang saya dan beberapa teman kantor sengaja pergi kesalahsatu pusat grosir di daerah Jakarta Timur.Rencananya saya akan membeli satu atau dua baju kerja plus dengan jilbabnya, supaya matching gittcu lloh.

Ditengan perjalanan menuju kios baju kerja, salah seorang teman saya berhenti di sebuah kios perlengkapan bayi dan pakaian anak. Dia mulai memilih baju-baju dan celana yang biasa dijual secara grosir.Entah kenapa tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya, bahwa baju-baju dan celana Naila sudah mulai terlihat ketat. Maklumlah anak seusia dia memang sangat cepat pertumbuhannya.

Saya jadi ragu untuk membeli baju kerja, mungkin bagi mereka yang memiliki dana lebih hal ini tidak jadi masalah. Mereka bisa saja membeli baju kerja dan baju anak sekaligus. Tapi masalahnya, dana saya terbatas, saya harus memilih salah satu. Akhirnya setelah berpikir agak keras saya putuskan untuk membeli baju Naila saja. Toh baju kerja saya masih layak pakai dan cukup untuk digunakan 5 hari kerja.

Jadilah saya membeli 1 lusin kaos dalam, 1 lusin celana dalam, 6 stell celana tidur, 1/2 lusin kaos oblong dan 2 stell baju, yang semuanya itu untuk Naila. Tak ada sedikitpun rasa kecewa di hati saya karena tidak jadi membeli baju baru. Dan saya mulai membayangkan wajah gembira Naila yang imut dan menggemaskan kala saya memberinya hadiah baju baru.

Ternyata ungkapan pada judul diatas berlaku untuk saya. Dulu saya termasuk orang yang gampang sekali mengeluarkan uang, toh itu uang saya hasil kerja saya, wajar dong kalo saya gunakan terutama untuk memenuhi kebutuhan saya termasuk Fashion.Bahkan sebelum menikah saya memiliki banyak sepatu dan tas kerja yang semuanya berusaha saya matchingin dengan baju kerja dan kerudung saya.Maklum saya termasuk muslimah yang ingin mengangkat image bahwa memakai jilbab itu nggak kampungan bahkan bisa modis tanpa mengabaikan aturan syariah.

Tapi semua itu berubah setelah saya menikah dan memiliki anak. Egoisme saya kini berhadapan dengan kepentingan keluarga dan anak saya. Memang sebagai wanita saya nggak wajib menafkahi keluarga, tapi ada kepuasan dan kebahagian tersendiri bisa ikut meringankan beban suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Entahlah apakah setiap wanita bekerja yang sudah menikah juga mengalami perubahan pola pikir seperti saya?



Naila Imut Posted by Hello

With So Much Love For Naila

11 May 2005

Engkau adalah Matahariku

"You Have New Mail" tiba-tiba muncul menu pop up di layar monitor. Awalnya sebel, karena lagi serus bikin report buat presentasi di akhir minggu ini. Tapi pindah window ke lotus notes. Ada sebuah email baru, ternyata dari Ayah. Ah, sebuah e-card, sambil penasaran kubuka juga walaupun sebenarnya sedang diburu dateline. Muncul sebuah animasi, sebatang bunga matahari yang sedang layu tiba-tiba mulai segar kembali setelah mendapat sinar matahari. Tak lama kemudian muncul tulisan "Bunda, Engkau adalah Matahariku".

Gedubraaaakkkk......rasanya melayang diri ini. Nggak sengaja aku mulai senyum-senyum sendiri didepan komputer. Rasanya hilang semua beban date line yang sedang kualami. Ternyata perhatian yang kecil namun disaat yang tepat sangatlah berarti dan powerfull. Thanks Ayah.....I Love You

 
Design by NATTA | Copyright @ ArisYantie - Bunda Naila Themes | Bunda Naila Corpuration