06 June 2005

Perempuan itu.......

Perempuan itu bingung musti gembira atau sedih, mendengar kabar bahwa anak pertamanya diterima masuk salah satu universitas negri di Bogor tanpa test. Untuk ukuran dikampung, hanya orang-orang yang benar-benar mampu saja yang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi, walaupun kadang kemampuan akademis anak kampung juga tidak bisa dianggap remeh. Namun bibit-bibit unggul itu tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena terbentur masalah biaya. Adakalanya orang tuanya mampu membiayai namun si anak tidak memiliki kemampuan untuk bisa masuk universitas negri.

Karena itulah perempuan itu bingung, harusnya dia bangga karena anaknya bisa diterima di universitas negri, tanpa test lagi. Tapi lagi-lagi dia bingung karena untuk masuk kesana, pertama kali harus membayar uang POM, penataran, jaket almamater dan biaya-biaya lainnya yang jumlahnya hampir mencapai 2 juta rupiah. Bukan jumlah yang sedikit untuk ukuran orang kampung waktu itu. Belum lagi biaya hidup dan kost disana.

Namun karena dorongan para guru dan melihat minat yang besar dari sang anak untuk sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi akhirnya ia putuskan untuk menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. Dengan satu keyakinan bahwa pendidikan adalah investasi bagi anaknya dimasa yang akan datang. Ia berharap agar kelak anaknya memiliki nasib yang lebih baik darinya. Akhirnya ia putuskan untuk menjual semua barang berharga yang ia miliki termasuk satu-satunya motor yang biasa dipakai suaminya untuk pergi ke kantor.

Sampai pada suatu hari dengan mata berkaca-kaca ia berkata kepada anaknya, "Nduk, terpaksa ibu harus menjual cincin dan kalung mu buat nambahin biaya kuliah dan biaya hidupmu disana". Sambil mencopot kalung yang sedang digunakan anaknya ia kembali berkata, "Mungkin bapak sama ibu ndak bisa ngater kamu sampe Bogor, mending duitnya buat tambahan biaya kamu disana. Ibu yakin kamu bisa ngurus semuanya sendiri."

"Ndak usah mikirin bapak. ibu dan adik-adiakmu, pokoknya kamu belajar yang rajin biar cepet lulus dan langsung dapat kerja. Jangan lupa yang 5 waktu, doakan supaya bapak sama ibu diberi kemudahan mencari rejeki"

**
Akh....kata-kata itu masih jelas teringat, walaupun sudah 10 tahun yang lalu diucapkan. Memang keputusan untuk menyekolahkan saya perguruan tinggi adalah pengorbanan yang besar bagi orang tua saya.
Sebenarnya jauh dilubuk hati ini masih tersimpan sebongkah tanya, sudahkah Saya memenuhi harapan serta membahagiakan kedua orang tua Saya ? Apakah gelar sarjana saya sudah bisa membuat orang tua saya bahagia? atau pekerjaan saya saat ini ? atau karir saya ? atau kiriman saya tiap bulan? atau jangan-jangan saya sama sekali belum membahagiakan orang tua saya?

Memang ndak patas rasanya membandingkan apa yang telah saya berikan denga apa yang telah orang tua berikan kepada saya. Bahkan mungkin tidak akan pernah sebanding.

Yang saya tahu, hanya satu hal yang selalu diharapkan oleh orang tua saya bahkan mungkin juga orang tua Anda yaitu, Do'a.
"Ya Alloh sayangi kedua orang tua ku seperti mereka menyayangi aku sewaktu kecil".

Dedicated to my Mom: Happy Birthday .I can never repay you for all the things you've done for me...I can only love you more and more for each and every one!

2 comments:

borondong jagong said...

wah Bu, di bogor ada PTN lain ya selain IPB kita?

Bunda Naila said...

Maksudnya Salah satu PTN yang letaknya di bogor, Gittu lloh.

 
Design by NATTA | Copyright @ ArisYantie - Bunda Naila Themes | Bunda Naila Corpuration