Hujan deras disertai angin dan geluduk menyambutku saat baru saja tiba di terminal Baranangsiang Bogor. Sengaja aku pulang tenggo 5.30 pm hari ini karena ada janji untuk bikin puding bareng Naila. Tapi rupanya alam gak berpihak padaku. Hujan disertai angin kencang, petir dan gluduk seperti lecutan pecut yang menggelegar. Membuat hati ciut dan bergetar bagi siapa saja yg mendengar dan melihatnya. Kukembangkan payung lipatku begitu keluar dari pintu bis. Tapi tetap saja payug mungil itu tak sanggup melindungiku dari hujan angin ini. Sepatuku basah karena air yg menggenang 3/4 celana basah karena hujan angin.
Karena melihat pucuk2 pohon yang teromabng ambing karena angin bahkan beberapa rantingnya mulai patah, akhirnya kuputuskan untuk berteduh sementara di depan sebuah restoran Pizza di dekat terminal. Aku teringat pengalamaku 2 tahun silam saat terjadi hujan disertai angin puting beliung. Banyak sekali pohon tumbang, bahkan beberapa menimpa mobil, plang reklame pun tumbang, lampu padam menambah kengerian. Ketika itu aku sedang berada di dalam angkot dan mobil yang berada tepat di depan angkot yang kunaiki tertimpa pohon tumbang. Benar-benar mencekam rasanya dekat sekali dengan kematian. Akhirnya aku dan beberapa teman memutuskan untuk turun ketika melihat sebuah restoran pizza di jalan Pajajaran. Ternyata didalam restoran itu sudah banyak orang yang berteduh dan berlindung.
Hari ini kembali aku berteduh di sebuah restoran pizza yang lain dari 2 tahun lalu. Bedanya kali ini aku sendirian. Aku mengalami de javu. Merasa berada pada suatu tempat dan kondisi yang pernah aku alami sebelumnya. Tak henti-henti ku lafadzkan do'a ketika hujan dan petir - terima kasih untuk akhi yang udah mengajarkan saya do'a ini- ternyata sangat bermanfaat membuat hati tetap tenang dan tidak panik.
Hampir 1 jam sudah berlalu, namun hujan tak jua mereda, angin masih berhembus kencang, petir masih menyambar. Rasanya sangat tidak mengenakkan harus terlamabt untuk menepati janji dengan Naila terutama perasaan tak nyaman untuk menahan HIV (Hasrat Ingin Vivis) dan juga rasa lapar.
Positif thinking itu yang terbaik untuk saat-saat seperti ini. Pengen rasanya sms atau menelpon siapa saja untuk berbagi rasa kesal tapi kuurungkan niat itu. Untuk apa juga berkeluh kesah seakan mendramatisir suasana supaya terlihat bahwa kita sedang menderita. Padahal siy emang iya.....
Akhirnya tepat 8.30 pm ujam mulai reda dan saat itu juga aku mulai meninggalkan restoran pizza untuk pulang ke rumah. Setidaknya hari ini masih lebih baik dari kondisi 2 tahun silam dimana aku baru beranjak pulang pada pukul 11.30 tengah malam karena macet dimana-mana.
07 April 2008
De Javu
11:15:00 PM
Bunda Naila
1 comment
1 comments:
Assalamualaikum bunda...mampir nih...n ikut bersyukur krn bunda terlewat dr saat2 dramatis semalam...
Post a Comment