29 December 2006

HP vs Kambing

Source:Unknow

Category: Renungan

Kututup hidung ketika melewati kerumunan kambing. Baunya yang menyengat
ternyata tidak mengganggu penjualnya. Dalam hati sempat juga ngedumel
sich "Nih orang mau jualan kambing gak melihat-lihat tempat apa? Masak
jual hewan yg bau itu di dekat kios-kios elektronik. Kenapa nggak
sekalian aja jualan di dalam mall?" gerutuku dalam hati. Orang yang lalu
lalang, ada yang cuek, ada yang menutup hidung, ada juga yang justeru
menghampiri hewan bau itu.

Kupercepat langkah kakiku melewati tempat tersebut, mataku menatap lurus
ke depan, tepat ke sebuah kios penjual HP. Memang kios itulah yang
menjadi tujuanku ke tempat ini. Kuraba saku celana, masih tersimpan HP
type lama yang sudah 5 tahun aku gunakan. Sebenarnya HP tersebut tidak
bermasalah, masih layak untuk di gunakan, baik bertelepon maupun
ber-SMS. Tetapi untuk saat ini, HP tersebut sangatlah "tidak layak"
digunakan di tempat umum. Sering saat aku berangkat atau pulang kantor
menggunakan KRL menyaksikan penumpang yang menggunakan HP terkini,
canggih, suara polyphonic, ada radio, MP3 bahkan kamera foto & video.
Suaranya merdu sekali saat ada telepon masuk, bisa lagu klasik ataupun
lagu pop yang sedang top dari penyanyi papan atas. Sering aku ikut
melantunkan dalam hati lagu yang kebetulan aku tahu dan seakan ingin
agar pemiliknya tidak segera mengangkat telepon tersebut agar aku bisa
lebih lama mendengarkan lagu yang sedang di gandrungi banyak orang itu.
Memang luar biasa perkembangan teknologi saat ini, satu alat bisa
mewakili berbagai macam fungsi alat-alat lainnya. Tidak perlu membawa
walkman untuk mendengarkan lagu, tidak perlu bawa kamera untuk berfoto.
Cukup bawa satu buah HP, semua itu sudah bisa terwakili. Bahkan saat ini
ada semacam fasilitas untuk berbicara sekaligus melihat lawan bicara di
seberang, kalau tidak salah 3G (mohon maaf kalau istilahnya salah,
maklum belum pernah pakai)

Kadang cukup kaget juga sich saat tahu siapa saja pemilik alat-alat
canggih tersebut. Dari pegawai kantoran macam aku, pengusaha, pegawai
negeri, pegawai toko & mall bahkan pedagang bakso sekalipun. Sekali
waktu sempat kulihat, pegawai toko VCD di Glodok saling bertukar lagu
lewat fasilitas bluetooth. HP yang ada di saku celanaku, jangankan
kamera, fasilitas bluetooth pun tak ada, lelucon yang sering di
lontarkan kawan-kawan adalah "Mau dikirimin lagu bagus nggak? Pakai
bluetooth aja, kan HP kamu emang rada "b u t u t" pasti bisa
dech........" Dan seperti biasa aku cuma bisa nyengir sambil ikut
tertawa.

Sekarang semua itu akan berubah, dengan susah payah aku kumpulkan
sebagian gajiku untuk menggantikan rasa "malu" dengan "kebanggaan"
bertelepon di tempat umum. Tidak sia-sia pengorbananku selama setahun
ini, dengan terkumpulnya dana 3
juta untuk mengganti HP lama dengan HP baru, yang saya pikir dengan dana
tersebut cukuplah membeli HP canggih.

Belum sampai di depan kios HP yang kutuju, sempat terdengar pertanyaan
dari orang yang menghampiri pedagang kambing tadi.
"Bang, kambing yang itu harganya berapa bang ?"
Si pedagang menjawab " Satu juta pak"
"Kok mahal amat sih bang?"
"Itu yang terbesar pak, sehat lagi. Sangat pantas untuk Qurban !"
"Wah kalau segitu sih, mana sanggup saya beli? Berapa sih hasil dari
ngasong bang!"
("ooo ternyata orang itu adalah pedagang asongan" ujarku dalam hati)
"Kalau yang coklat itu berapa bang? Itu yang rada kecilan"
"Itu 750 ribu pak, harga pas, nggak ngambil untung besar lho pak."
"Saya cuma ada 650 ribu bang, boleh ya.........?"
"Wah pak , kalau segitu sih belum dapat, ongkos angkut ke sininya saja
sudah mahal, bagaimana kalau yang putih itu saja" kata si pedagang
sambil menunjuk kambing yang lebih kecil
"Yah sudahlah, dari pada besok belum tentu terbeli" katanya pasrah "ini
juga dari hasil nabung 3 tahun yang lalu, bang".

Seketika aku terkesiap, tiba-tiba rasa malu muncul dan mengalir deras
dalam hati-ku rasa malu ini bahkan melebihi rasa malu saat kawan-kawan
mencemooh HP butut-ku. Kuhentikan langkah kaki ini, tiba-tiba sekali aku
jadi tertarik mendekati hewan yang bau itu.
Bayangan HP baru perlahan-lahan hilang, berganti dengan bayangan gema
Takbir saat kambing, domba dan sapi di sembelih dengan menyebut asma
Allah.

"Terima kasih ya Allah, Kau telah memberikan rasa malu pada hati manusia".

****

Untuk semua sahabat Bunda: "Selamat Hari Raya Idul Adha 1427, Semoga kita termasuk hamba yang rela berkorban demi menggapai cinta-Nya"

1 comments:

Kurnia said...

subhanalloh, kapan ya bisa kaya pedagang asongan tadi, ampe 3 taun untuk menunaikan kurban..suatu pengorbanan yang indah

 
Design by NATTA | Copyright @ ArisYantie - Bunda Naila Themes | Bunda Naila Corpuration