18 July 2006

Mengingat Mati

Category: Renungan

Rekan sekantor saya baru saja kehilangan suaminya tercintanya. Umurnya masih lumayan muda, baru menjelang kepala lima. Anak juga baru dua, yang paling besar baru duduk di bangku SMP. Meninggalnya sang suami sangat mendadak dan tiba-tiba. Tidak ada tanda-tanda sakit sebelumnya. Menurut penuturan teman saya saat kami melayat di rumah duka, siang itu suaminya akan pergi ke bengkel mobil, setelah mengantar anaknya sekolah. Setibanya di bengkel mobil, suaminya muntah dan pinsan, informasi ini ia dapat dari si pemilik bengkel.
Karena panik sang pemilik bengkel nggak tau harus berbuat apa, akhirnya dia menghubungi nomor terakhir yg dipanggil dari hp suami temen saya tersebut. Kebetulan itu hp anaknya, dan sang anak langsung menghubungi mamanya yang teman saya itu. Akhirnya teman saya dari kantor langsung menuju ke bengkel tempat suaminya pinsan dan langsung membawa ke rumah sakit terdekat. Namun Tuhan berkehendak lain, sang suami sudah tiada ketika mereka sampai di UGD rumah sakit.

Sungguh semua kejadian tersebut sangat membuat teman saya terpukul. Beliau sempat menyalahkan pihak bengkel yang nggak langsung membawa kerumah sakit begitu kejadian. Menyalahkan dirinya sendiri yang datang terlambat di lokasi karena salah mengambil jalan. Dan akhirnya berujung, kenapa Tuhan memanggil suaminya begitu cepat dan tiba-tiba. Teman saya masih tidak habis pikir, kenapa harus suaminya dulu yang meninggal, padahal dia anak bungsu dari 7 bersaudara, kenapa bukan kakaknya duluan yang lebih tua. Seberkas penyesalan juga dia lontarkan saat kami melayat di rumah duka, seandainya dia tahu bahwa suaminya akan meninggal siang ini saat dibengkel, pasti dia nggak akan mengijinkan suaminya pergi. Atau kalau saja dia tahu bahwa hari ini hari terakhirnya, dia akan melayani suaminya dengan sebaik-baiknya, akan menyenangkannya. Bahkan, kalo bisa memohon pada Tuhan supaya kematian suaminya diundur sehari saja supaya dia bisa memberikan pelayanan yang spesial buat suaminya.
***
Hari itu saya mendapat pelajaran berharga lagi. Tentang suatu hal yang pasti akan saya alami nanti yaitu, MATI. Saya benar-benar tersadar bahwa kematian bisa datang kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Gak peduli tua, muda, anak-anak atau bayi sekalipun, Tidak menjamin bahwa yang lebih tua akan mati duluan, atau yang sakit akan mati duluan. Bahkan pernah saya melihat bendera kematian berkibar dirumah teman saya waktu dikampung, saya pikir pasti ayahnya yang sudah sakit-sakitan sejak lama meninggal dunia. Ternyata yang meninggal bukan ayahnya tapi ibunya saat pulang dari pasar, dan terpeleset dikamar mandi.

Jika kematian tidak pandang usia, jika malaikat maut bisa datang kapan saja, harusnya saya selalu siaga kapanpun sang penjemput ajal itu datang. Saya harus siaga dengan selalu berbuat baik pada orang lain kapanpun dan dimanapun. Saya pun harusnya selalu mengawalkan sholat dan tidak menunda-menunda karena bisa jadi maut datang saat saya belum menunaikan sholat. Tapi nyatanya, saya masih sering mengulang dosa, menyakiti hati orang, dan menunda-nunda sholat. Dengan asumsi bahwa kematian masih jauh dari saya. Ups....siapa yang bisa menjamin itu semua? Bisa jadi setelah menulis curhat ini malaikat maut menjemput saya. Astagfirullah. Saya ingin mati dlm keadaan khusnul khotimah.

Alhamdulillah, Alloh telah menyadarkan saya melalui kejadian yang menimpa rekan saya tersebut. Dan tahukah Ada apa yang saya rasakan dalam perjalanan dari rumah duka menuju kembali ke kantor? saya merasa takut mati karena saya belum menunaikan sholat ashar waktu itu,maklum di rumah duka nggak ada musholla. Sepanjang jalan saya berdo'a "Ya Alloh, jangan cabut nyawa saya sekarang, karena saya belum sholat ashar". Mungkin Alloh akan tersenyum geli mendengar do'a saya yang konyol.

Sejak itu Saya berjanji dalam hati akan selalu mengingat mati. Karena mengingat mati cukup effektif untuk mencegah kita dari perbuatan dosa dan menyegerakan kita untuk selalu mengambil kesempatan untuk beramal sholeh. Karena boleh jadi kesempatan itu tidak akan kita dapati esok hari.

Mungkin ada baiknya juga di setiap ruangan dirumah kita atau di meja kantor kita tempel stiker "MALAIKAT MAUT DATANG KAPAN SAJA......WASPADALAH.......WASPADALAH!!!!

-Special buat sahabat saya yang baru saja kehilangan papa tercinta-

4 comments:

Noenoe said...

iya ya Bun,...setuju psg stiker itu dimanapun,..

Bunda RaRa said...

really touchy bun
aku baca dari milis DT

mudah2an kita selalu bisa saling mengingatkan yah!

liza said...

mba yanti apa kabar?.. lama ga berkunjung. Turut berduka ya mbak untuk temen nya. Iya emang harus siap dimana saja dan kapan saja, semoga kita bisa selalu mengumpulkan bekal untuk setelah mati ya mbak.

Anonymous said...

alhamdulillah kabarku baik bund, naila juga baik2 kan? btw, kepergian bunda inong beberapa hari yg lalu juga menjadi tamparan keras bagiku, bahwa ajal, bisa datang tanpa harus diundang... yuk siap2 utk menyambutnya :) salam sayang buat naila ya bund... :p

 
Design by NATTA | Copyright @ ArisYantie - Bunda Naila Themes | Bunda Naila Corpuration