14 May 2007

Sisa Energi

"Yang bener aja dong kak, masak tiap sabtu-minggu papa harus nemenin kamu maen atau jalan-jalan. Papa juga perlu istirahat kan tiap hari udah ke kantor, jadi perlu libur juga. Lagian jalan-jalan itu juga perlu duit kak. Udah maen aja dirumah sama adek"

Begitulah sepenggal jawaban seorang bapak kepada anaknya yang secara tidak sengaja saya dengar ketika melintas didepan rumahnya. Rupanya sang kakak mengajukan proposal untuk jalan-jalan kepada papanya. Namun sayang, sang papa yang sedang sibuk mengotak-atik motornya tidak mengabulkan keinginan si anak. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi si anak yang baru berusia sekitar 4 tahunan itu, langsung ngambek dan dengan mata berkaca-kaca masuk kerumah mengadukan kekecewaannya pada sang mama.
***

Sambil berjalan menuju rumah saya terus berpikir. Siapa yang salah ya? Si anak nggak salah kok ngajak jalan-jalan ortunya, mungkin dari senin-jum'at mama-papanya nggak ada dirumah karena harus kerja. Lalu begitu libur dia pasti akan nagih dan nuntut untuk menghabiskan waktu bersama mama-papanya entah maen dirumah atau jalan-jalan keluar rumah. Suatu hal -yang wajar saya kira. Tapi bagaimana jika hal tersebut jadi rutinitas weekend? Bukankah kita sebagai orang tua juga perlu istirahat sejenak setelah setiap hari sibuk dg urusan kerjaan. Mau tidak mau waktu istirahat itu akan terbentur dengan keinginan anak-anak untuk bermain bersama atau jalan-jalan. Belum lagi jika harus jalan-jalan, pasti akan memerlukan biaya minimal untuk makan atau transport. Bagaimana jika kondisi keuangan orang tua terbatas.

Kedua kondisi diatas bagaikan dilema bagi para orang tua yang yang setiap hari dari pagi hingga malam harus bekerja di kantor. Saya yakin tidak ada orang tua yang ingin mengecewakan anaknya, termasuk bapak tadi. Tapi kondisilah yang memaksa demikian. Mungkin karena lelah setelah 5 hari bekerja dari pagi hingga malam atau emang sudah tidak ada lagi dana untuk mengajak anak-anak sekedar jalan atau makan diluar.

Sehingga saat weekend yang bagi anak-anak kita adalah saat sangat dinantikan berharap dpt bermain bermanja dengan papa dan mamanya ternyata tidak sejalan dengan keinginan orang tua yang ingin beristirahan dari penatnya pekerjaan. Anak-anak hanya mendapatkan sisa energi pada saat weekend, ya energi yang tersisa setelah 5 hari bekerja.

Saya pun merasakan betapa beratnya menghadapai hal tersebut. Tak jarang setelah pulang kantor saya harus mengabaikan lelah dan letih karena harus menemani Naila maen atau harus membacakan cerita saat menemani tidurnya yang cukup larut malam. Bahkan rencana bangun siang atau istirahat saat weekend pun hampir selalu gagal karena tidak tega menolak ajakannya untuk jalan-jalan. Semua itu hanya karena Saya tak ingin anak saya mendapat sisa-sisa energi ataupun sisa perhatian. Walaupun tak bisa dipungkiri memang hanya itulah energi saya yang tersisa. Karena kadang saya pun pernah membiarkannya tidur dengan mbak atau maen dg mbak saat letih sudah tak kuasa lagi saya tahan atau saat pekerjaan tak mungkin ditinggalkan.

Dari kejadian itu saya jadi bisa merasakan betapa kecewanya Naila putri saya saat keinginannya untuk maen atau jalan-jalan bersama bundanya tak terpenuhi hanya karena bundanya sudah tak mampu lagi menahan letih atau saat bundanya sedang cekak sehingga untuk sekedar jalan atau makan diluar pun tak ada kemampuan. Ma'afkan bunda ya sayang.....

Semoga belum terlambat untuk memperbaiki segalanya. Semoga kita semua orang tua khususnya saya diberi kekuatan dan energi lebih untuk dapat mengasuh, mendidik serta mencurahkan kasih sayang kepada permata hati dan buah hati kita tidak dengan waktu dan energi yang tersisa.

Kita dituntut untuk lebih sabar dan kreatif mencari cara untuk menyeimbangakan waktu dikantor dan dirumah. Yang terpenting adalah kesadaran kita (Saya) selaku orang tua bahwa anak harus mendapatkan perhatian yang utama bukan sisa-sisa.





3 comments:

DwiCy Sukses said...

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi putra-putranya. Namun terkadang orang tua berbicara dengan bahasa mereka sendiri. sehingga si-anak tidak dapat memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh si-anak.

DwiCy Sukses said...

RALAT :
sehingga si-anak tidak dapat memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh si-anak.
YANG BENAR :
sehingga si-anak tidak dapat memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh si-Bapak.

Anonymous said...

Iya betul Yan...tidak semua keinginan anak mesti dipenuhi, hanya masalahnya menyampaikan penjelasan ke si umur 4 tahun tidak semudah menyampaikan penjelasan si anak remaja.

Kurasa kita gak perlu merasa bersalah, toh kadang dirumah pun bisa kita ciptakan permainan yang menggembirakan buat anak, Ortunya bisa istirahat sambil menemani sang buah hati bermain.

 
Design by NATTA | Copyright @ ArisYantie - Bunda Naila Themes | Bunda Naila Corpuration