Category: Renungan
Apa sih yang diharapkan dari suatu pernikahan? pasti semua akan serempak mengharapkan pernikahan yang langgeng dan bahagia. Apakah pernikahan yang langgeng itu pasti bahagia? atau apakah pernikahan yang bahagia itu pasti akan langgeng? Lalu apa hubungannya kebahagiaan dan kelanggengan dalam rumah tangga?
Ada pasangan suami istri yang hidup berkecukupan, tak kurang suatu apapun bahkan bergelimang harta, namun tidak mampu mempertahankan pernikahannya. Padahal dari segi materi bisa dikatakan mereka cukup bahagia. Kebahagiaan materi teraih tatkala semua kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Jelas terbukti bahwa kebahagia materi tidak menjamin kelanggengan pernikahan. Ini semua disebabkan karena ikatan yang terjalin dalam suatu pernikahan hanya sebatas ikatan materi yang tidak cukup kuat mengikat dua hati agar menyatu.
Lain halnya dengan pasangan suami istri yang menganggap bahwa pernikahan itu merupakan ikatan spiritual. Kebahagian spiritual ini tercapai bila salah satu atau kedua belah pihak menganggap bahwa pernikahan yang mereka jalani adalah perjalanan spiritual yang memerlukan pengorbanan dan amal sholeh yang kelak akan berbuah pahala di akherat.
Kebahagiaan spiritual ini cukup berpotensi untuk melanggengkan pernikahan. Namun demikian jenis kebahagian ini belum kokoh sifatnya. Bisa jadi salah satu pihak entah suami atau istri atau malah kedua-duanya merasa tersiksa dan menderita, karena mereka tetap berusaha keras mempertahankan pernikahan demi kebahagian pasangan, anak-anak dan demi memperoleh pahala dari Alloh SWT. Mereka menganggap bahwa dengan mengorbankan perasaan dan diri sendiri dapat menjadi ladang amal dan berbuah pahala nantinya. Sehingga pernikahan pun menjadi langgeng karena pengorbanan itu.
Sepertinya kebahagian spiritual juga belum cukup kokoh untuk menjadi tujuan perkawinan walaupun masih lebih baik dari pada kebahagiaan materi. Lalu kebahagiaan yang mana yang harusnya kita capai dalam suatu pernikahan? Tentunya ini ukuran ideal yang diharapkan setiap pasangan, kebahagiaan hakiki dimana kebahagian materi dan kebahagian spiritual dapat tercapai secara bersamaan.
Jadi tak cuma bahagia materi saja tapi juga secara spiritual. Jika hanya bahagia materi saja yang tercapai namun secara spiritual terabaikan pastilah rumah tangga akan berjalan timpang. Seakan ada ruang kosong yang kering dan belum tersentuh. dan potensi untuk goyah dan tidak langgeng sangat besar. Disinilah fungsi dan peran suami atau istri untuk saling mengisi kekosongan spiritual tersebut. Bukankan menikah itu menggenapkan setengah dien? artinya dengan menikah akan menggenapkan separuh agama dan dengan menikah itu kita harus terus mengisi dan menambah sisi sepiritual kita untuk menggenapkan separuh yang lain. Seperti kutipan hadist berikut:
"Dari Anas ra, dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:“Siapa saja yang menikah, ia telah menguasai separuh agamanya. Hendaklah ia bertakwa (kepada Allah) atas separuh yang lain”. (Diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzi)
Fungsi ini terutama sekali harus dimiliki oleh seorang suami sebagai qowwam yang bisa menambah sisi spiritual istri, agar istri terus berkembang. Insyaalloh dengan seperti ini sakinah, mawaddah dan rahmah dapat segera terwujud, karena sakinah itu hanya milik Alloh jadi kita pun harus dekat dengan Alloh.
Allohu a'lam bisshowwab
09 February 2007
Kebahagian Hakiki
6:25:00 PM
Bunda Naila
No comments
0 comments:
Post a Comment