Siang ini setelah makan siang, seperti biasa obrolan ringan meluncur begitu saja. Kali ini mengomentari soal polygami khususnya kasus Nia dan Farhat."Kasihan ya Nia, biasa laki-laki emang gitu.Giliran udah sukses dan merasa dipuncak karir mulai deh bertingkah trus pake jurus polygami", komentar salah satu teman saya sambil membolak balik salah satu tabloid gosip minggu ini. "Iya, kalau gue sih sampe mati nggak bakalan ngijinin suami gue polygami, hari gini suka sama suami orang pliss deh...kayak nggak ada laki-laki lain ajja", timpal teman saya yang lain nggak kalah semangat.
Saya yang mendengar cuma cengar-cengir sambil terus melototin layar komputer. "Yan, emang sah gitu nikah lagi tanpa ijin dari istri pertama?", tanya teman saya. Saya yang sedang asik jadi kaget dan langsung spontan jawab,"Ya, sah asal ada saksi dan mas kawin". "Berarti polygami nggak adil dong buat kita wanita?" timpal teman saya. "Eh, maksudnya begini, sepengetahuan gue sih suami emang nggak wajib hukumnya minta ijin ke istri untuk kawin lagi tapi demi kebaikan dan hubungan silaturahmi alangkah lebih baiknya kalo meminta ijin dulu", jelas Saya.
"Ah..gue sih tetep nggak setuju sama yang namanya polygami pokoknya nggak ada dikamus gue", papar teman saya tadi."Iya, gue juga. Lagian wanita mana sih yang mau dimadu? Lu setuju nggak Yan ?", tanya teman saya menyelidik. Wah, mulai serius neh. Pertanyaan yang agak susah untuk dijawab. Saya mulai ikutan serius,"sebenarnya polygami itu alternatif cara yang dihalal kan oleh Alloh supaya kita terhindar dari zina. Efek sebenarnya juga untuk memuliakan kedudukan wanita. Jadi polygami itu diperbolehkan, asal dapat memenuhi syaratnya yaitu mampu secara materi dan dapat berbuat adil. Kalo soal materi mungkin banyak yang mampu, tapi bagaimana dengan berbuat adil? So kalo ngerasa nggak bisa berlaku adil mendingan satu istri aja", jelas saya hati-hati, takut disalah artikan.
"Berarti lu setuju dong sama Polygami ?", balas teman saya yang lain. "Ya setuju, kan sudah ada aturannnya di agama", jawab saya sambil tersenyum. "Berarti lu nggak keberatan kalo suami lu kawin lagi?Lu mau dimadu gitu?", teman saya makin penasaran. "Nggak mau !!", jawab saya ringan. "Lho kok? tadi katanya setuju ?". "Iya, gue setuju ada polygami tapi gue nggak setuju kalo suami gue polygami. Gue ngerasa, dia belum mampu untuk berpolygami", jelas saya. "Gggrrrrrrr...itu sih sama ajja, intinya lu tuh nggak mau diduain iya khan ???", semuanya serempak menjawab. Saya sih cuma senyum-senyum aja, nggak tau musti ngomong apa lagi.
***
Seperti polyphonic, saat ini polygami emang sedang ngetrend. Kelonggaran ini dijadikan senjata oleh para suami untuk nikah lagi dengan alasan "Nabi aja dulu istrinya 4, masak Ayah mau punya istri 2 aja nggak boleh". Geduuubraaaaaaaak, "Ayah kan bukan Nabi, lagian wanita yang dinikahin Nabi adalah janda-janda nggak mampu yang ditinggal mati suaminya saat berperang dengan tujuan untuk menyelamatkan aqidah dan membiayai anak-anaknya. Bukan wanita atau janda cantik dan kaya, itu namanya cuma nafsu", jelas saya saat diskusi soal kasus Nia dan Farhat dengan suami saya. "Emang Ayah, ada niat buat polygami?", selidik saya. "Gimana yah, satu aja nggak abis-abis", jawab suami saya sambil senyum-senyum.
Alhamdulillah, semoga apa yang dikatakan Ayah benar-benar tulus dari hati dan nggak akan berubah sampe nanti. Emang benar kata orang bijak bahwa, satu istri itu nggak akan habis, 1000 pun nggak akan cukup. So, buat para suami yang mau polygami mending dipikir dulu 100x, mendingan polyphonic sama ngetrend nya kok....keren lagi. Iya nggak ????
Cheers
Bunda Naila